Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29-33

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani

( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Versi ejaan : Nashoih Al-Ibad
Mata Pelajaran : Tasawuf, Akhlaq
Musonif : Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi

(محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)

Nama Arab : محمد نووي بن عمر الجاوي
Lahir : 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat : 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru :

1. Khatib asy-Syambasi

2. Abdul Ghani Bima

3. Ahmad Dimyati

4. Zaini Dahlan

5. Muhammad Khatib

6. KH. Sahal al-Bantani

7. Sayyid Ahmad Nahrawi

8. Zainuddin Aceh

Santri :

1. KH. Hasyim Asyari

2. KH. Ahmad Dahlan

3. KH. Khalil Bangkalan

4. KH. Asnawi Kudus

5. KH. Mas Abdurrahman

6. KH. Hasan Genggong

7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy

Penerjemah : Ahsan Dasuki

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29-33

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3Image by © LILMUSLIMIIN

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَامِدٍ اللَّفَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (طَلَبْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْمَسَالِكِ (فَأَخْطَأْنَا طُرُقَهَا) أَيْ تِلْكَ الْأُمُورِ الْأَرْبَعَةِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ أُخْرَى) مِنَ الْمَسَالِكِ (طَلَبْنَا الْغِنَى) أَيْ الْيَسَارَ (فِي الْمَالِ فَوَجَدْنَاهُ) أَيْ الْغِنَى (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ فِي الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ وَفِي سُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ (وَطَلَبْنَا الرَّاحَةَ) أَيْ زَوَالَ الْمَشَقَّةِ (فِي الثَّرْوَةِ) أَيْ كَثْرَةِ الْمَالِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي قِلَّةِ الْمَالِ، وَطَلَبْنَا اللَّذَّاتِ) بِحَلَاوَةِ الذَّوْقِ وَنُورِ الْبَصَرِ وَحُضُورِ الْمَرْجُوِّ (فِي النِّعْمَةِ) وَهِيَ مَا قُصِدَ بِهِ النَّفْعُ (فَوَجَدْنَاهَا) أَيْ اللَّذَّاتِ (فِي الْبَدَنِ الصَّحِيحِ. وَطَلَبْنَا الْعِلْمَ فِي بَطْنٍ شِبْعٍ فَوَجَدْنَاهُ فِي بَطْنٍ جَائِعٍ) وَفِي نُسْخَةٍ: وَطَلَبْنَا الرِّزْقَ فِي الْأَرْضِ فَوَجَدْنَاهُ فِي السَّمَاءِ، أَيْ مَقْسُومًا فِي السَّمَاءِ.

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Dari Hamid Al-Lafaf Rahimahullah sesungguhnya Hamid Al-Lafaf berkata: Empat) Dari perkara (Yang telah kami cari padanya dalam empat) Dari jalur (Kemudian kami salah pada jalannya) Maksudnya perkara itu yang empat (Ternyata kami menemukan pada perkara itu dalam empat yang lain) Dari jalur-jalur (Kami mencari kekayaan) Maksudnya kemudahan (Dalam harta ternyata kami menemukan kekayaan itu) Maksudnya kekayaan (Dalam keadaan qona'ah) Maksudnya dalam keadaan ridho atas bagian dari Allah dan dalam keadaan tenangnya hati dari tidak adanya yang dibutuhkan (Dan kami mencari ketenangan) Maksudnya hilangnya kesusahan (Dalam harta yang banyak) Maksudnya banyaknya harta (Ternyata kami menemukan ketenangan itu dalam keadaan sedikitnya harta, dan kami mencari kelezatan-kelezatan) Atas manisnya rasa dan terangnya penglihatan dan hadirnya yang diinginkan (Dalam kenikmatan) Nikamat adalah perkara yang dituju dengannya manfaat (Ternyata kami menemukan kelezatan-kelezatan itu) Maksudnya kelezatan-kelezatan (Dalam keadaan badan yang sehat. Dan kami mencari ilmu dalam keadaan perut yang kenyang ternyata kami menemukan ilmu itu dalam keadaan perut yang lapar) Dan dalam salinan matan: Dan kami mencari rizki di bumi ternyata kami menemukan rizki itu di langit maksudnya yang dibagi di langit.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 30

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَلِيلُهَا كَثِيرٌ) فَيَتَأَذَّى النَّاسُ بِذَلِكَ الْقَلِيلِ (الْوَجَعُ) أَيْ الْأَلَمُ (وَالْفَقْرُ) أَيْ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالنَّارُ وَالْعَدَاوَةُ) أَيْ قَصْدُ الْإِضْرَارِ الْمُتَمَكِّنِ فِي الْقَلْبِ.

Maqolah yang ke tiga puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu sesungguhnya ia berkata: Empat perkara yang sedikitnya empat perkara itu adalah banyak) Sehingga merasa sakit manusia dengan yang sedikit itu (Sakit) Maksudnya sakit (Dan kemiskinan) Maksudnya tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan api dan musuh-musuh) Maksudnya yang bertujuan mencelakai yang menetap di dalam hati.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاَللَّهِ تَعَالَى التَّوَدُّدُ إِلَى النَّاسِ]. وَقَالَ سَيِّدُنَا سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِابْنِهِ: لَا تَسْتَكْثِرْ أَنْ يَكُونَ لَكَ أَلْفُ صَدِّيقٍ فَالْأَلْفُ قَلِيلٌ وَلَا تَسْتَقِلَّ أَنْ يَكُونَ لَكَ عَدُوٌّ وَاحِدٌ فَالْوَاحِدُ كَثِيرٌ.

Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Pangkalnya akal sesudah iman kepada Allah adalah menunjukkan rasa kasih sayang kepada manusia] Dan telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam kepada anaknya: Janganlah kamu menganggap banyak jika ada bagimu seribu teman karena seribu itu adalah sedikit dan janganlah kamu menganggap sedikit jika ada bagimu musuh yang hanya satu karena satu itu adalah banyak.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 31

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَحِمَهُ اللَّهُ (أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَجْنَاسِ، فَإِنَّ الشَّيْءَ إِنَّمَا يُعْرَفُ بِضِدِّهِ (الشَّبَابُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهُ إِلَّا الشُّيُوخُ) أَيْ أَهْلُ الْهَرَمِ (وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكْرُوهِ (لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَهْلُ الْبَلَاءِ) قَالَ الْغَزَالِيُّ بَدَلَ هَذِهِ الْجُمْلَةِ: وَلَا يَعْرِفُ قَدْرَ الْغِنَى إِلَّا أَهْلُ الْفَقْرِ (وَالصِّحَّةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَرْضَى) جَمْعُ مَرِيضٍ أَيْ إِلَّا أَهْلُ السَّقَمِ (وَالْحَيَاةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَوْتَى. قَالَ الشَّاعِرُ أَبُو نُوَاسٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَبِالْوَاوِ اسْمُهُ الْحَسَنُ بْنُ هَانَىءَ. وَسَبَبُ تَلْقِيبِهِ بِأَبِي نُوَاسٍ أَنَّهُ كَانَ لَهُ ذُؤَابَتَانِ تَنُوْسَانِ أَيْ تَتَحَرَّكَانِ عَلَى عَاتِقِهِ اهْ. مِنْ بَحْرِ اَلطَّوِيلِ:

Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Hatim Al-Ashom) Rahimahullah (Sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Empat perkara yang tidaklah mengetahui pada nilainya empat perkara itu kecuali empat) Dari kelompok, Karena sesungguhnya sesuatu itu hanya bisa diketahui dengan kebalikannya (Masa muda tidaklah mengetahui pada nilainya masa muda itu kecuali orang-orang yang sudah tua) Maksudnya orang-orang yang lanjut usia (Dan kesejahtraan) Maksudnya terhindar dari perkara yang dibenci (Tidaklah mengetahui pada nilai kesejahtraan kecuali orang-orang yang terkena musibah) Telah berkata Imam Al-Ghozali sebagai ganti dari kalimat ini: Tidaklah mengetahui nilai kekayaan kecuali orang fakir (Dan sehat tidaklah mengetahui pada nilainya sehat kecuali orang-orang yang sakit) Lafadz الْمَرْضَى adalah jamak dari lafadz مَرِيضٌ. Maksudnya kecuali orang-orang yang sakit (Dan kehidupan tidaklah mengetahui pada nilai kehidupan kecuali orang-orang yang mati. Telah berkata seorang penya'ir Abu Nuwas) Lafadz نُوَاسٍ dibaca dengan mendhommahkan huruf nun dan dengan wawu. Namanhya adalah Hasan bin Hani dan sebab dilaninya Hasan bin Hani dengan nama Abu Nuwas karena sesungguhnya ada padanya dua kuncir yang keduanya berubah-ubah Maksudnya kedua-duanya bergerak-gerak di atas pundaknya. Syair dari Bahar Thowil:

وَرَحْمَةُ رَبِّي مِنْ ذُنُوبِيَ أَوْسَعُ * (ذُنُوْبِيَ إِنْ فَكَّرْتُ فِيهَا كَثِيرَةٌ
وَلَكِنِّي فِي رَحْمَةِ اللَّهِ أَطْمَعُ * وَمَا طَمَعِي فِي صَالِحٍ إِنْ عَمِلْتُهُ
وَإِنِّي لَهُ عَبْدٌ أُقِرُّ وَأَخْضَعُ * هُوَ اللَّهُ مَوْلَايَ الَّذِي هُوَ خَالِقِي
وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَمَا أَنَا أَصْنَعُ) * فَإِنْ يَكُ غُفْرَانٌ فَذَلِكَ رَحْمَةٌ
(Dosa dosaku jika aku fikir tentangnya itu adalah banyak * Sedangkan rahmat Allah itu lebih luas daripada dosa-dosaku
Bukanlah harapanku dalam amal sholeh jika aku melaksanakan amal sholeh itu * Akan tetapi aku lebih berharap pada rahmatnya Allah
Dialah Allah pelindungku dzat yang menciptakan aku * Dan sungguh aku baginya adalah hamba dan aku mengakui hal itu dan aku tunduk kepadanya
Jika terjadi ampunan maka itulah kasih sayang Allah * Dan jika yang terjadi yang lain maka tidkalah aku melakukan hal itu)

عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ أَرَادَ أَنْ لَا يُوْقِفَهُ اللَّهُ عَلَى قَبِيْحِ أَعْمَالِهِ وَلَا يَنْشُرَ لَهُ دِيْوَانًا فَلْيَدْعُ بِهَذَا الدُّعَاءِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ: اللَّهُمَّ إِنَّ مَغْفِرَتَكَ أَرْجَى مِنْ عَمَلِيْ، وَإِنَّ رَحْمَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذَنْبِيْ، اللَّهُمَّ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَهْلًا أَنْ أَبْلُغَ رَحْمَتَكَ فَرَحْمَتُكَ أَهْلٌ أَنْ تَبْلُغَنِيْ لِأَنَّهَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ].

Dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang ingin agar tidak memperlihatkan kepadanya oleh Allah atas amal-amalnya yang jelek dan agar Allah tidak membuka kepadanya catatan amalnya maka hendaklah ia berdoa dengan doa ini di akhir setiap sholat. Doa itu adalah: Ya Allah sesungguhnya ampunanmu itu lebih aku harapkan daripada amalku, dan sesungguhnya kasih sayangmu itu lebih luas daripada dosaku, Ya Allah jika aku bukan orang yang layak untuk mencapai rahmatmu sungguh rahmatmu itu layak untuk sampai kepadaku karena rahmatmu itu luas mencakup segala sesuatu wahai dzat yang maha pengasih di antara para pengasih].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 32

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: إِذَا كَانَ) أَيْ جَاءَ (يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُوضَعُ الْمِيزَانُ فَيُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّلَاةِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ) أَيْ يُعْطَوْنَ أُجُورَهُمْ كَامِلَةً (بِالْمِيزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّوْمِ) وَفِي نُسَخٍ: بِأَهْلِ الْحَجِّ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِالْمِيْزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الْبَلَاءِ لَا يُنْصَبُ لَهُمْ مِيزَانٌ وَلَا يُنْشَرُ لَهُمْ دِيْوَانٌ) أَيْ جَرِيْدَةُ الْحِسَابِ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ) أَيْ عَدَدٍ مَحْصُورٍ (حَتَّى يَتَمَنَّى أَهْلُ الْعَافِيَةِ لَوْ كَانُوا بِمَنْزِلَتِهِمْ) فَلَوْ مَصْدَرِيَّةٌ (مِنْ كَثْرَةِ ثَوَابِ اللَّهِ تَعَالَى) عَلَيْهِمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh dua (Telah bersabda Nabi ﷺ: Ketika telah ada) Maksudnya telah datang (Hari kiamat maka diletakkanlah timbangan kemudian didatangkan orang-orang yang ahli sholat kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka) Maksudnya mereka diberi pahala yang sempurna (atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli puasa) Dan dalam satu salinan: Orang-orang yang ahli haji (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli musibah tidak dipasang bagi mereka timbangan dan tidak dibuka bagi mereka catatan amal) Maksudnya catatan hisab (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka dengan tanpa hisab) Maksudnya tanpa hitungan yang terbatas (Sampai-sampai berharap orang-orang yang ahli sejahtera andaikan orang-orang ahli sejahtera itu ada pada tempat ahlul musibah) Lafadz لَوْ ini adalah masdariyah (Sebab banyaknya pahala dari Allah Ta'ala) Kepada ahlul musibah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 33

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: يَسْتَقْبِلُ ابْنَ آدَمَ أَرْبَعُ نُهُبَاتٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَهِيَ الَّتِي تَغْلِبُهُ (يَنْتَهِبُ) أَيْ يَأْخُذُ بِالْقَهْرِ (مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ وَیَنْتَهِبُ الْوَرَثَةُ) بِفَتْحَاتٍ جَمْعُ وَارِثٍ (مَالَهُ) بَعْدَ مَوْتِهِ (وَینَتَّهِبُ الدُّودُ جِسْمَهُ) فِي الْقَبْرِ (وَيَنْتَهِبُ الْخُصَمَاءُ) بِضَمٍّ فَفَتْحٍ جَمْعُ خَصِيمٍ وَهُمْ مَنْ لَهُمْ الْحَقُّ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُمْ بِأَخْذِ أَمْوَالِهِمْ أَوْ بِاغْتِيَابِهِمْ أَوْ بِضَرْبِهِمْ مَثَلًا أَوْ بِغَيْرِ ذَلِكَ (عَمَلَهُ) إِنْ کَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ وَإِلَّا حُمِلَ عَلَيْهِ ذَنْبُهُمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Akan menghadapi kepada anak Adam empat perampasan) lafadz نُهُبَاتٍ dengan mendhommahkan huruf nun yaitu yang bisa mengalahkan anak Adam (Akan merampas) Maksudnya mengambil dengan paksa (Oleh malaikat maut pada ruh anak Adam, dan akan merampas oleh ahli waris) Lafadz الْوَرَثَةِ dengan memfathahkan semuanya jamak dari lafadz وَارِثٍ (Pada harta anak Adam) Sesudah matinya anak Adam (Dan akan merampas oleh cacing pada badan anak Adam) Di dalam qubur (Dan akan merampas oleh orang-orang yang menggugat) Lafadz الْخُصَمَاءُ dengan mendhommahkan kemudian fathah jamak dari lafadz خَصِيم mereka adalah orang yang memiliki pada diri mereka hak kepada orang yang telah berbuat dzolim kepada mereka dengan mengambil pada harta-harta mereka atau dengan menyakiti mereka atau dengan memukul mereka seumpamanya atau dengan selain hal itu (Pada amalnya anak Adam) Jika ada bagi anak Adam itu amal yang sholeh dan jika tidak ada maka dibebankan kepadanya dosa-dosa mereka.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Ikuti Kami