Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 21-25

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani

( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Versi ejaan : Nashoih Al-Ibad
Mata Pelajaran : Tasawuf, Akhlaq
Musonif : Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi

(محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)

Nama Arab : محمد نووي بن عمر الجاوي
Lahir : 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat : 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru :

1. Khatib asy-Syambasi

2. Abdul Ghani Bima

3. Ahmad Dimyati

4. Zaini Dahlan

5. Muhammad Khatib

6. KH. Sahal al-Bantani

7. Sayyid Ahmad Nahrawi

8. Zainuddin Aceh

Santri :

1. KH. Hasyim Asyari

2. KH. Ahmad Dahlan

3. KH. Khalil Bangkalan

4. KH. Asnawi Kudus

5. KH. Mas Abdurrahman

6. KH. Hasan Genggong

7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy

Penerjemah : Ahsan Dasuki

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 21-25

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5Image by © LILMUSLIMIIN

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الدَّوْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (شَقِيَ إِبْلِيْسُ بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: لم يُقِرَّ بِالذَّنْبِ) أَيْ لَمْ يَعْتَرِفْ بِهِ عَلَى نَفْسِهِ (وَلَمْ يَنْدَمْ) أَيْ لَمْ يَحْزَنْ عَلَى ذَنْبِهِ (وَلَمْ يَلُمْ نَفْسَهُ) عَلَى فِعْلِهِ (وَلَمْ يَعْزِمْ عَلَى التَّوْبَةِ، وَقَنِطَ) مِنْ بَابِ ضَرَبَ وَتَعِبَ (مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ. وَسَعِدَ آدَمُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ 

Maqolah yang ke dua puluh satu (Muhammad bin Dauri berkata) Rahimahullahu Ta'ala (Iblis telah celaka karena lima perkara: Ia tidak mengakui atas dosanya) Maksudnya ia tidak mengakui dosa itu atas dirinya (Dan ia tidak menyesal) Maksudnya ia tidak bersedih atas dosanya (Dan ia tidak mencela dirinya) Karena perbuatannya (Dan ia tidak niat untuk bertaubat, dan ia berputus asa) lafadz قنط itu dari bab wazan ضَرَبَ dan dari bab wazan تَعِبَ (Dari rahmat Allah. Dan Nabi Adam telah bahagia) Alaihis Salam

(بِخَمْسَةِ أَشْيَاءَ: أَقَرَّ بِالذَّنْبِ) وَقَالَ: [رَبَّنَا َظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ] [الأعرَاف: الآية ٢٣]. 

(Karena lima perkara: Ia mengakui atas dosanya) Dan ia berkata: [Tuhan kami kami telah mendzolimi diri kami dan jika engkau tidak memberikan ampunan untuk kami dan jika engkau tidak menyayangi kami sungguh kami benar-benar akan menjadi termasuk dari golongan orang orang yang rugi] [Q.S Al-A'rof: Ayat 23]

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: [إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِ] رَوَاهُ الشَّيْخَانِ

Dan dari Aisyah Radhiallahu Anha: [Sesungguhnya seorang hamba ketika ia mengakui atas dosanya kemudian ia bertaubat maka pasti Allah akan menerima tobat atasnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhari dan Imam Muslim

(وَنَدِمَ عَلَيْهِ) أَيْ اَلذَّنْبِ. وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [مَنْ أَخْطَأَ خَطِيْئَةً أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ثُمَّ نَدِمَ فَهُوَ كَفَّارَتُهُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. 

(Dan ia menyesal atasnya) Maksudnya dosa. Dan dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhuma berkata. Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang melakukan kesalahan atau melakukan dosa kemudian ia menyesal maka penyesalan itu menjadi penghapus dosanya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَلَامَ نَفْسَهُ) عَلَى فِعْلِ ذٰلِكَ الْخَطَأِ (وَأَسْرَعَ فِى التَّوْبَةِ) بِتَعَاِطِي أَسْبَابِهَا (وَلَمْ يَقْنَطْ مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ).

(Dan ia mencaci dirinya) karena melakukan kesalahan itu (Dan ia bersegera dalam bertaubat) Dengan cara memenuhi sebab-sebab taubat (Dan ia tidak berputus asa dari mengharapkan rahmat Allah).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ شَقِيْقِ الْبَلْخِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ، وَهُوَ أُسْتَاذُ حَاتِمِ الْأَصَمِّ:

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dari Syaqiq Al-Balkhi) Rahimahullah. Ia adalah guru dari Hatim Al-Ashom 

قِيْلَ كَانَ سَبَبُ تَوْبَتِهِ أَنَّهُ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْأَغْنِيَاءِ خَرَجَ لِلتِّجَارَةِ إِلَى أَرْضِ التُّرْكِ فَدَخَلَ بَيْتًا لِلْأَصْنَامِ فَرَأَى خَادِمًا لِلْأَصْنَامِ فِيْهِ قَدْ حُلِقَ رَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ

Dikatakan yang menjadi sebab taubatnya Syaqiq Al-Balkhi adalah sesungguhnya dia menjadi salah satu dari anak orang kaya, dia pergi berdagang ke tanah Turki, kemudian dia memasuki rumah milik berhala dan melihat seorang pelayan milik berhala. di dalamnya benar benar telah dipangkas rambut dari pelayan itu dan janggut dari pelayan itu. 

فَقَالَ شَقِيْقٌ لِلْخَادِمِ: إِنَّ لَكَ صَانِعًا حَيًّا عَالِمًا قَادِرًا فَاعْبُدْهُ وَلَا تَعْبُدْ هٰذِهِ الْأَصْنَام الَّتِيْ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، فَقَالَ: إِنْ كَانَ الْأَمْرُ كَمَا تَقُوْلُ فَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَرْزُقَكَ بِبَلَدِكَ فَلِمَ تَحَمَّلْتَ الْمَشَقَّةَ إِلَى هَا هُنَا لِلتِّجَارَةِ؟ فَانْتَبَهَ شَقِيْقٌ وَأَخَذَ فِى طَرِيْقِ الزُّهْدِ.

Maka Shaqiq berkata kepada pelayan: Sesungguhnya kamu mempunyai Pencipta yang maha hidup, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa, maka sembahlah Dia dan janganlah kamu menyembah berhala-berhala ini yang tidak dapat memberi madarat dan tidak dapat memberi manfaat. Maka pelayan berkata: Jika terbukti itu seperti yang kamu katakan, Maka dzat yang engkau sebut itu mampu memberi rezeki kepadamu di negaramu, jadi mengapa kamu menanggung kesulitan dengan datang ke sini untuk berdagang? Kemudian Shaqiq sadar dan ia menempuh jalan zuhud.

وَقِيْلَ: كَانَ سَبَبُ زُهْدِهِ أَنَّهُ رَأَى مَمْلُوْكًا يَلْعَبُ فِي زَمَانٍ قَحْطٍ وَكَانَ النَّاسُ مَحْزُوْنِيْنَ بِهِ فَقَالَ شَقِيْقٌ: مَا هَذَا النَّشَاطُ الَّذِيْ فِيْكَ أَمَّا تَرَى مَا فِيْهِ النَّاسُ مِنَ الجَدْبِ؟ فَقَالَ ذٰلِكَ الْمَمْلُوْكُ: وَمَا عَلَيَّ مِنْ ذٰلِكَ وَلِمَوْلَايَ قَرْيَةٌ خَالِصَةٌ يَدْخُلُ لَهُ مِنْهَا مَا نَحْتَاجُ نَحْنُ إِلَيْهِ.

Dikatakan: Yang menjadi sebab zuhudnya adalaha sesungguhnya ia melihat seorang budak yang bermain pada musim kemarau dan manusia menjadi disedihkan karena musim kemarau kemudian Syaqiq berkata: Kenapa kesenangan ini ada pada dirimu tidakkah kamu melihat kesusahan-kesusahan yang ada di dalam kesusahan itu manusia karena kekeringan ? Kemudian budak itu berkata: Dan kesalahan apa yang ada padaku dari bersenang senang sedangkan adalah milik tuanku desa yang murni yang masuk miliknya ke dalam desa apa yang kami butuhkan darinya.

فَانْتَبَهَ شَقِیْقٌ وَقَالَ: إِنْ كَانَ لِمَوْلَاهُ قَرْيَةٌ وَمَوْلَاهُ مَخْلُوْقٌ فَقِيْرٌ ثُمَّ إِنَّهُ لَیْسَ يَهْتَمُّ لِرِزْقِهِ فَكَيْفَ يَلِيْقُ أَنْ يَهْتَمَّ الْمُسْلِمُ لِرِزْقِهِ وَمَوْلَاهُ غَنِيٌّ.

Kemudian Shaqiq sadar dan berkata: Jika tuannya mempunyai desa sementara tuannya adalah makhluk yang fakir kemudian sesungguhnya budak itu tidak gelisah pada rizkinya, maka apakah pantas seorang muslim gelisah pada rizkinya sementara tuannya adalah dzat yang maha kaya.

(أَنَّهُ قَالَ: عَلَيْكُمْ بِخَمْسِ خِصَالٍ) أَيْ اِلْزَمُوْهَا (فَاعْمَلُوْهَا) وَهٰذَا تَرْغِيْبٌ وَتَرْهِيْبٌ (اُعْبُدُوْا اللّٰهَ بِقَدْرِ حَاجَتِكُمْ إِلَيْهِ) وَطَلَبِكُمْ مِنْهُ إِلَى إِحْسَانِهِ وَإِفْضَالِهِ

(Sesungguhnya Syaqiq berkata: Wajib atas kalian lima perkara) Maksudnya lalzimkanlah oleh kalian lima perkara ini (Maka amalkanlah oleh kalian lima perkara ini)  Dan ini adalah mendorong dan memperingati (Beribadahlah kalian kepada Allah dengan batas kebutuhan kalian kepadanya) Dan dengan batas permintaan kalian darinya kepada kebaikannya dan karunianya.

(وَخُذُوْا مِنَ الدُّنْيَا) أَيْ مِنْ مَتَاعِهَا (بِقَدْرِ عُمْرِكُمْ) أَيْ حَيَاتِكُمْ وَبَقَائِكُمْ (فِيْهَا، وَأَذْنِبُوْا اللّٰهَ) أَيْ عَامِلُوْا مَعَ اللّٰهِ بِالذَّنْبِ (بِقَدْرِ طَاقَتِكُمْ عَلَى عَذَابِهِ) فَلَا طَاقَةَ لِأَحَدٍ عَلَى تَحَمُّلِ عَذَابِ اللّٰهِ تَعَالَى فَإِنَّ عَذَابَهُ شَدِيْدٌ

(Dan ambillah oleh kalian dari dunia) Maksudnya dari kesenangan dunia (Dengan sebatas umur kalian) Maksudnya sebatas hidupmu dan sisa hidupmu (Di dunia, Dan berbuat dosalah kalian kepada Allah) Maksudnya beramallah kalian terhadap Allah dengan sebuah dosa (Dengan sebatas kemampuan kalian atas adzabnya Allah) Maka tidak ada yang sanggup bagi seseorang untuk menanggung adzabnya Allah karena sesungguhnya adzab Allah itu sangatlah berat

(وَتَزَوَّدُوْا فِى الدُّنْيَا) أَيْ اِتَّخِذُوْا فِيْهَا زَادًا لِسَفَرِكُمْ إِلَى الْآخِرَةِ (بِقَدْرِ مُكْثِكُمْ فِى الْقَبْرِ) أَيْ وَمَا بَعْدَهُ، وَإِنَّمَا ذُكِرَ الْقَبْرُ لِأَنَّهُ أَوَّلُ أُمُوْرِ الْآخِرَةِ فَإِذَا خُفِّفَ فِيْهِ خُفِّفَ فِيْمَا بَعْدَهُ وَإِذَا شُدِّدَ فِيْهِ شُدِّدَ فِيْمَا بَعْدَهُ

(Dan berbekallah kalian di dunia) Maksudnya ambillah oleh kalian di dunia bekal untuk perjalanan kalian menuju akhirat (Dengan sebatas lamanya kalian tinggal di dalam qubur) Maksudnya dan tempat sesudah qubur, Dan sesungguhnya hanya disebutkan qubur karena qubur merupakan awal dari urusan akhirat maka jika diringankan di dalamnya pasti akan ringan di tempat sesudahnya dan jika diberatkan di dalamnya maka pasti akan diberatkan di tempat sesudahnya.

(وَاعْمَلُوْا لِلْجَنَّةِ) أَيْ اِعْمَلُوْا عَمَلًا يُؤَدِّيْ إِلَى الْجَنَّةِ (بِقَدْرِ مَا تُرِيْدُوْنَ فِيْهَا الْمَقَامَ) بِفَتْحِ الْمِيْمِ: أَيْ اَلْمَنْزِلَةَ وَالْمَرْتَبَةَ، فَإِنَّ مَرَاتِبَ أَهْلِ الْجَنَّةِ مُتَفَاوِتَةٌ بِحَسْبِ أَعْمَالِهِمُ الْحَسَنَةِ إِنْ كَانَتْ أَحْسَنَ فَجَزَاؤُهَا أَلْطَفُ بِفَضْلِ اللّٰهِ تَعَالَى.

(Dan beramallah kalian untuk surga) Maksudnya kerjakanlah oleh kalian amalan yang dapat menghantar menuju surga (Dengan sebatas perkara yang kalian maksud di dalamnya kedudukan) Lafadz الْمَقَامَ dengan memfathahkan mim: Maksudnya kedudukan dan derajat. Karena sesungguhnya tingkatan-tingkatan ahli surga itu berbeda-beda dengan hitungan amalan mereka yang baik jika terbukti amalan itu lebih baik maka balasannya itu lebih lembut dengan keutamaan dari Allah.

وَعَنْ شَقِيْقٍ اَلْبَلْخِيِّ أَنَّهُ قَالَ: طَلَبْنَا خَمْسًا فَوَجَدْنَاهَا فِى خَمْسٍ: طَلَبْنَا تَرْكَ الذُّنُوْبِ فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ الضُّحَى، وَطَلَبْنَا ضِيَاءَ الْقُبُوْرِ فَوَجَدْنَاهُ فِى صَلَاةِ اللَّيْلِ، وَطَلَبْنَا جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ فَوَجَدْنَا فِى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

Dan dari Syaqiq Al-Balkhi sesungguhnya ia berkata: Kami mencari lima perkara kemudian kami menemukan lima perkara itu di dalam lima perkara lain: Kami mencari cara meninggalkan dosa kemudian kami menemukannya di dalam sholat dhuha, dan kami mencari cahaya qubur kemudian kami menemukannya di dalam sholat malam dan kami mencari jawaban munkar dan nakir kemudian kami temukan dalam bacaan quran.

وَطَلَبْنَا عُبُوْرَ الصِّرَاطِ فَوَجَدْنَاهُ فِى الصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ، وَطَلَبْنَا ظِلَّ الْعَرْشِ فَوَجَدْنَاهُ فِى الْخَلْوَةِ.

Dan kami mencari kelancaran melewati sirot kemudian kami menemukannya di dalam puasa dan sedekah dan kami mencari naungan arsy kemudian kami menemukannya dalam berkhalwat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: رَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَخِلَّاءِ) أَيْ اَلْأَصْدِقَاءِ (فَلَمْ أَرَ خَلِيْلًا أَفْضَلَ مِنْ حِفْظِ اللِّسَانِ) وَكَمْ بَيْنَ عَبْدٍ سَكَتَ تَصَاوُنًا عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَبَيْنَ عَبْدٍ سَكَتَ لِاسْتِيْلَاءِ سُلْطَانِ الْهَيْبَةِ عَلَيْهِ 

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Aku melihat seluruh teman) Maksudnya teman-teman (Maka aku tidak melihat teman yang lebih utama dari pada menjaga lisan) Dan betapa banyak di antara seorang hamba diam untuk menjaga diri dari kebohongan dan gibah dan  betapa banyak di antara seorang hamba diam karena begitu dominannya wibawa pada orang itu.

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ اللِّبَاسِ فَلَمْ أَرَ لِبَاسًا أَفْضَلَ مِنَ الْوَرَعِ) قَالَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ: اَلْوَرَعُ تَرْكُ كُلِّ شُبْهَةٍ أَمَّا تَرْكُ مَا لَا يَنْفَعُكَ فَهُوَ تَرْكُ الْفُضَلَاتِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ]

(Dan aku melihat seluruh pakaian maka aku tidak melihat pakaian yang lebih utama dari pada wara') Telah berkata Ibrahim bin Adham: Wara adalah meninggalkan setiap syubhat adapun meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untukmu maka itu adalah meninggalkan sampah. Telah bersabda Rasulullah ﷺ kepada Abu Huroiroh: [Jadilah engkau bersifat wara maka pasti kau akan menjadi manusia yang paling banyak pahala ibadahnya].

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْمَالِ فَلَمْ أَرَ مَالًا أَفْضَلَ مِنَ الْقَنَاعَةِ) وَهِيَ تَرْكُ التَّطَلَُع إِلَى الْمَفْقُوْدِ وَالْاِسْتِغْنَاء بِالْمَوْجُوْدِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَگُنْ قَنِعًا تَگُنْ اَشْگَرَ النَّاسِ، واَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَگُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ].

(Dan aku melihat seluruh jenis harta maka aku tidak melihat harta yang lebih utama dari qona'ah) Qona'ah adalah meninggalkan dari mengharapkan pada sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup pada perkara yang ada. Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Jadilah kamu orang yang wara' maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling banyak pahala ibadahnya dan jadilah kamu orang yang qona'ah maka pasti kamu akan menjadi manusia yang paling bersyukur, dan cintailah olehmu manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri maka pasti kamu akan menjadi orang yang beriman, berbuat baiklah kamu dengan tetangga yang menjadi tetanggamu maka pasti kamu akan menjadi seorang muslim, dan sedikitlah tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati].

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْبِرِّ فَلَمْ أَرَ بِرًّا أَفْضَلَ مِنَ النَّصِيْحَةِ) هِيَ الصِّدْقُ فِى الْعَمَلِ اهـ. 

(Dan aku melihat seluruh kebaikan maka aku tidak melihat kebaikan yang lebih utama dari ketulusan) Ketulusan adalah jujur dalam beramal.

وَالْبِرُّ نَوْعَانِ: صِلَةٌ وَمَعْرُوْفٌ، فَالصِّلَةُ تَبَرُّعٌ بِبَذْلِ الْمَالِ فِى الْجِهَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ لِغَيْرِ عِوَضٍ مَطْلٌوْبٍ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [جُبِلَتِ الْقُلُوْبُ عَلَى حُبِّ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْهَا وَبُغْضِ مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهَا]. فَفِى الْبِرِّ رِضَا النَّاسِ وَفِى التَّقْوَى رِضَا اللّٰهِ تَعَالَى وَمَنْ جَمَعَ بَيْنَهُمَا فَقَدْ تمَّتْ سَعَادَتُهُ وَعَمَّتْ نِعْمَتُهُ. 

Dan kebaikan itu ada dua macam: Silah dan ma'ruf. Silah adalah bersuka rela dengan mengeluarkan harta untuk tujuan yang terpuji tanpa imbalan yang di harapkan. Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Hati diberi sifat untuk mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jahat padanya]. Maka dalam kebaikan ada keridhoan manusia dan dalam ketakwaan ada keridhoan Allah Ta'ala dan barang siapa yang mengumpulkan keduanya maka benar benar menjadi sempurna kebahagiaannya dan menjadi merata kenikmatannya.

وَالْمَعْرُوْفُ نَوْعَانِ: قَوْلٌ وَعَمَلٌ، فَالْقَوْلُ هُوَ طِيْبُ الْكَلَامِ وَحُسْنُ الْبِشْرِ وَالتَّوَدُّدُ بِجَمِيْلِ الْقَوْلِ، وَالْعَمَلُ هُوَ بَذْلُ الْجَاهِ وَالْإِعَانَةُ بِالنَّفْسِ فِى النَّائِبَةِ.

Dan ma'ruf itu ada dua macam: Ucapan dan Amal. Maka kema'rufan yang berupa ucapan adalah baiknya ucapan dan bagusnya keceriaan wajah dan berusaha dicintai orang lain dengan perkataan yang indah. Dan kema'rufan yang berupa amal adalah mengunakan kedudukannhya dan menolong orang lain dengan nyawa sekalipun dalam bencana.

(وَرَأَيْتُ جَمِيْعَ الْأَطْعِمَةِ فَلَمْ أَرَ طَعَامًا أَلَذَّ مِنَ الصَّبْرِ) وَالصَّبْرُ ثَلَاثَةُ أَرْكَانٍ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ السُّخْطِ بِالْقَضَاءِ، وَحَبْسُ اللِّسَانِ عَنِ الْقَوْلِ السَّيْئِ، وَحَبْسُ الْجَوَارِحِ عَنْ نَحْوِ لَطْمٍ وَشَقِّ جَيْبٍ وَصِيَاحٍ وَتَسْوِيْدِ وَجْهٍ وَوَضْعِ نَحْوِ تُرَابٍ عَلَى نَحْوِ رَأْسٍ.

(Dan aku melihat seluruh makanan maka aku tidak melihat makanan yang lebih lezat dari kesabaran) Dan sabar itu ada tiga rukun: menjaga nafsu dari marah pada qodho dan menjaga lisan dari berkata buruk dan menjaga anggota badan dari seumpama memukul dan merobek kerah baju dan menjerit dan menghitam-hitamkan wajah dan meyimpan semisal tanah di atas semisal kepala.

فَمَنْ قَامَ بِهٰذِهِ الْأَرْكَانِ جَازَ فَضِيْلَةَ الصَّبْرِ الَّذِيْ هُوَ نِصْفُ الْإِيْمَان وَصَارَتِ الْبَلِيَّةُ مَحْضَ إِحْسَانٍ. 

Maka barang siapa yang mendirikan tiga rukun ini maka dia pasti meraih keutamaan sabar yang keutamaan sabar itu adalah setengah dari keimanan dan pasti sebuah ujian akan menjadi kebaikan yang murni. 

ثُمَّ الصَّبْرُ عَلَى أَقْسَامٍ: صَبْرٌ عَلَى مَا هُوَ كَسْبٌ لِلْعَبْدِ، وَصَبْرٌ عَلَى مَا لَيْسَ بِكَسْبٍ. فَالصَّبْرُ عَلَى الْمُكْتَسَبِ عَلَى قِسْمَيْنِ: صَبْرٌ عَلَى مَا أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالَى بِهِ وَصَبْرٌ عَلَى مَا نُهِيَ عَنْهُ 

Dan sabar itu ada beberapa bagian: Sabar atas sesuatu yang sesuatu itu adalah wilayah ikhtiar untuk seorang hamba. Dan sabar atas sesuatu yang bukan termasuk wilayah ikhtiar hamba. Dan sabar atas wilayah ikhtiar manusia itu ada dua bagian: Sabar atas sesuatu yang telah Allah perintahkan dengannya dan sabar atas sesuatu yang telah dilarang darinya

وَأمَّا الصَّبْرُ عَلَى مَا لَيْسَ بِمُكْتَسَبٍ لِلْعَبْدِ فَصَبْرُهُ عَلَى مُقَاسَاةِ مَا يَتَّصِلُ بِهِ مِنْ حُكْمِ اللهِ فِيْمَا يَنَالُهُ فِيْهِ مَشَقَّةٌ.

Dan adapun sabar atas sesuatu yang bukan termasuk wilayah ikhtiar hamba yakni sabarnya hamba atas kerasnya sesuatu yang menimpa kepadanya dari takdir Allah dalam perkara yang ia peroleh di dalamnya ada kesengsaraan.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 24

(و) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: اَلزُّهْدُ خَمْسُ خِصَالٍ) مَحْمُوْدَةٍ (اَلثِّقَةُ بِاللّٰهِ) أَيْ مَعَ حُبِّ الْفَقْرِ كَمَا قَالَهُ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَشَقِيْقُ الْبَلَخِيُّ وَيُوْسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، وَهٰذَا مِنْ أَمَارَاتِ الزُّهْدِ فَإِنَّهُ لَا يَقْوَى الْعَبْدُ عَلَى الزُّهْدِ إِلَّا بِالثِّقَةِ بِاللّٰهِ تَعَالَى

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Zuhud itu ada lima perkara) Yang terpuji (Yakin kepada Allah) Maksudnya disertai sikap mencintai kefakiran sebagaimana telah berkata tentangnya Abdullah bin Mubarok dan Syakik Al-Balkhi dan Yusuf bin Asbat, Dan ini termasuk tanda tanda kezuhudan karena sungguh tidaklah kuat seorang hamba untuk zuhud kecuali dengan yakin kepada Allah Ta'ala.

(وَالتَّبَرِّيْ عَنِ الْخَلْقِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارَانِي: اَلزُّهْدُ تَرْكُ مَا يُشْغِلُ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالْإِخْلَاصُ فِى الْعَمَلِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: لَا يَبْلُغُ أَحَدٌ حَقِيْقَةَ الزُّهْدِ حَتَّى يَكُوْنَ فِيْهِ ثَلَاثُ خِصَالٍ: عَمَلٌ بِلَا عِلَاقَةٍ، وَقَوْلٌ بِلَا طَمَعٍ، وَعِزٌّ بِلَا رِيَاسَةٍ

(Dan berlepas diri dari makhluk) Yaitu sebagaimana telah berkata Abu Sulaiman Ad-Darani: Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang menyibukkannya dari Allah Ta'ala (Dan Ikhlas dalam beramal) Yaitu sebagaimana telah berkata Yahya bin Mu'ad: Tidaklah seseorang mencapai hakikat zuhud hingga ada dalam dirinya tiga sifat: Amal perbuatan tanpa pamrih dan berucap tanpa toma' dan mulia tanpa menjadi pemimpin.

(وَاحْتِمَالُ الظُّلْمِ). عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيْمِ الْحَلَالِ وَلَا إِضَاعَةِ الْمَالِ وَلٰكِنَّ الزَّهَادَةَ فِي الدُّنْيَا أَنْ لَا تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقَ مِنْكَ بِمَا فِى يَدِ اللّٰهِ وَأَنْ تَكُوْنَ فِى ثَوَابِ الْمُصِيْبَةِ إِذَا أَنْتَ أُصِبْتَ بِهَا أَرْغَبَ مِنْكَ فِيْهَا لَوْ أنَّهَا أُبْقِيَتْ لَكَ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه عَنْ أَبِى ذَرٍّ.

(Dan menahan kedzoliman) Dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Zuhud di dunia itu bukan dengan mengharamkan pada yang halal dan bukan menyia-nyiakan harta akan tetapi zuhud di dunia itu adalah hendaknya kamu tidak terbukti dengan harta yang ada di tanganmu lebih meyakinkan dirimu dari pada harta kekayaan yang ada di tangan Allah dan hendaknya kamu ada dalam meraih pahala musibah ketika kamu tertimpa dengan musibah itu lebih disukai olehmu daripada musibah itu sendiri andai benar-benar musibah itu ditetapkan padamu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dari Abu Dzar.

(وَالْقَنَاعَةُ بِمَا فِى الْيَدِ) وَهُوَ كَمَا قَالَ الْجُنَيْدُ: اَلزُّهْدُ خُلُوُّ الْقَلْبِ عَمَّا خَلَتْ مِنْهُ الْيَدُ. وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ: اَلزُّهْدُ فِى الدُّنْيَا قَصْرُ الْأَمَلِ لَيْسَ بِأَكْلِ الْغَلِيْظِ وَلَا بِلُبْسِ الْعَبَاءِ وَهٰذَا مِنْ أَمَّارَاتِ الزُّهْدِ وَالْأَسْبَابِ الْبَاعِثَةِ عَلَيْهِ فَالزَّاهِدُ لَا يَفْرَحُ بِمَوْجُوْدٍ مِنَ الدُّنْيَا وَلَا يَتَأَسَّفُ عَلَى مَفْقُوْدٍ مِنْهَا .

(Dan Qona'ah atas harta yang ada di tangan) Yaitu sebagaimana Imam Junaid telah berkata: Zuhud adalah kosongnya hati dari perkara yang kosong darinya oleh tangan. Dan Sufyan Ats-Tsauri berkata: Zuhud di dunia adalah memendekkan lamunan bukan dengan memakan makanan yang kasar-kasar dan bukan dengan memakai jubah dan ini hanyalah sebagin dari tanda tanda zuhud dan ini termasuk sebab-sebab yang mendorong pada zuhud. Orang yang zuhud tidak bergembira pada yang ada di dunia dan tidak sedih atas sesuatu yang hilang darinya. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ بَعْضِ الْعُبَّادِ أَنَّهُ قَالَ فِى الْمُنَاجَاةِ) فِى اللَّيْلِ (إِلٰهِىْ طُوْلُ الْأَمَلِ غَرَّنِيْأَىْ خَدَعَنِيْ وَقَدْ ذَمَّ اللّٰهُ الْأَمَلَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى [ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ] 

Maqolah yang ke dua puluh lima (Dari sebagian dari orang-orang yang ahli beribadah mereka berkata di dalam munajat) Di waktu malam (Wahai tuhanku panjangnya angan-angan telah menipuku) Maksudnya menipuku dan sungguh Allah telah mencela pada panjangnya angan-angan dengan firman Allah Ta'ala [Biarkanlah mereka makan dan bersenang-senang dan akan melalaikan mereka panjangnya angan-angan, Sehingga kelak mereka akan mengetahui]

(وَحُبُّ الدُّنْيَا أَهْلَكَنِيْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى الْمَهْلَكَةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [مَنْ أُشْرِبَ قَلْبُهُ حُبَّ الدُّنْيَا اِلْتَاطَ مِنْهَا بِثَلاَبٍ: شَقَاءٍ لاَ يَنْفَدُ عَنَاهُ وَحِرْصٍ لاَ يَبْلُغُ غِنَاهُ وَأَمَلٍ لاَ يَبْلُغُ مُنْتَهَاهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ 

(Dan cinta dunia telah membinasakanku) Maksudnya telah membawaku ke dalam kebinasaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang telah diberi minum hatinya dengan cinta dunia maka melekat dari dunia itu tiga perkara: Kecelakaan yang tidak akan selesai sulitnya dan keserakahan yang tidak akan sampai kecukupannya dan panjang angan-angan yang tidak akan sampai ujungnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani.

(وَالشَّيْطَانُ أَضَلَّنِىْ) أَىْ أَوْقَعَنِيْ فِى طَرِيْقِ مَعْوَجٍ (وَالنَّفْسُ الْأَمَّارَةُ بِالسُّوْءِ) أَىْ اَلَّتِيْ تَأْمُرُ بِاللَّذَاتِ وَالشَّهَوَاتِ الْحِسِّيَّةِ وَتُجْذِبُ الْقَلْبَ إِلَى مَأْوَى الشُّرُوْرِ وَمَنْبَعِ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيْمَةِ (عَنِ الْحَقِّ) أَىْ اَلطَّرِيْقِ الْحَقِّ (مَنَعَتْنِيْ) 

(Dan setan telah menyesatkanku) Maksudnya ia telah menempatkanku ke dalam jalan yang sesat (Dan nafsu yang memerintah pada keburukan) Maksudnya nafsu yang memerintahkan pada kenikmatan materi dan pada syahwat yang buruk dan menarik pada hati pada tempat buruk dan pada sumber akhlak-akhlak yang tercela (Dari kebenaran) Maksudnya dari jalan kebenaran (Telah menghalangiku)  

قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَخَافُ عَلَيْكُمْ اِثْنَيْنِ اِتِّبَاعَ الْهَوَى وَطُوْلَ الْأَمَلِ فَاِنَّ اتِّبَاعَ الْهَوَى يَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ وَطُوْلَ الْأَمَلِ يُنْسِى الْآخِرَةَ. وَقَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارَانِى: أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ خِلَافُ هَوَى النَّفْسِ 

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah berkata: Aku mengkhawatirkan kalian pada dua hal: mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu membuat seseorang menjauh dari kebenaran, dan panjangnya angan-angan itu dapat membuat seseorang melupakan akhirat. Abu Suleiman Al-Daraani berkata: Sebaik-baik amalan adalah yang bertentangan dengan hawa nafsu.

(وَقَرِيْنُ السُّوْءِ عَلَى الْمَعْصِيَةِ أَعَانَنِيْ) قَالَ عَدِيُ بْنُ زَيْدٍ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:

(Dan teman yang jahat atas kemaksiatan dia mendukung saya) Telah berkata Adi bin Zaid dari Bahar Thowil:

فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِى * عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ
وَلَا تَصْحَبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدَّى * إِذَا كُنْتَ فِى قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ
Kamu jangan bertanya tentang seseorang tapi tanyakan tentang siapa teman dekatnya * Karena setiap teman dekat terhadap yang didekati akan meniru
Ketika kamu berada di suatu kaum maka bersahabatlah dengan yang paling baik dari mereka * Dan janganlah kamu bersahabat dengan yang rendah sehingga kamu menjadi rendah bersama orang yang rendah

(فَأَغِثْنِيْ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ فَاِنْ لَمْ تَرْحَمْنِيْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَرْحَمُنِيْ غَيْرَكَ)

.

(Maka tolonglah aku wahai Allah dzat yang menolong orang-orang yang meminta pertolongan maka jika Engkau tidak berbelas kasih kepadaku maka siapa lagi orang yang mau berbelas kasih kepadaku selain dirimu).

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Ikuti Kami