Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani

( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Versi ejaan : Nashoih Al-Ibad
Mata Pelajaran : Tasawuf, Akhlaq
Musonif : Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi

(محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)

Nama Arab : محمد نووي بن عمر الجاوي
Lahir : 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat : 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru :

1. Khatib asy-Syambasi

2. Abdul Ghani Bima

3. Ahmad Dimyati

4. Zaini Dahlan

5. Muhammad Khatib

6. KH. Sahal al-Bantani

7. Sayyid Ahmad Nahrawi

8. Zainuddin Aceh

Santri :

1. KH. Hasyim Asyari

2. KH. Ahmad Dahlan

3. KH. Khalil Bangkalan

4. KH. Asnawi Kudus

5. KH. Mas Abdurrahman

6. KH. Hasan Genggong

7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy

Penerjemah : Ahsan Dasuki

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3Image by © LILMUSLIMIIN

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

بَابُ الرُّبَاعِيِّ

فِيهِ سَبْعَةٌ وَ ثَلَاثُوْنَ مَوْعِظَةً ثمانيةٌ أَخْبَارٌ وَالْبَاقَى آثَارٌ

Dalam bab ini ada 37 Nasihat, 8 akhbar dan sisanya atsar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ لِأَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ جُنْدُبُ بْنُ جُنَادَةَ ([يَا أَبَا ذَرٍّ جَدِّدِ السَّفِينَةَ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيقٌ) أَيْ أَحْسِنِ النِّيَّةَ فِي كُلِّ مَا تَأْتِيْ وَتَذَرُ لِيَحْصُلَ لَكَ الْأَجْرُ وَالنَّجَاةُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ Sesungguhnya Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallahu Anhu) Namanya adalah Jundub bin Junadah (Wahai Abu Dzar perbaruilah olehmu perahu karena sesungguhnya lautan itu sangat dalam) Maksudnya baguskanlah olehmu niat dalam setiap perkara yang akan kamu kerjakan dan yang akan kamu tinggalkan supaya hasil kepadamu ganjaran dan selamat dari adzab Allah Ta'ala.

وَكَتَبَ الْإِمَامُ عُمَرُ الْفَارُوقُ إِلَى أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: مَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ كَفَاهُ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ. وَكَتَبَ سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ الْخَطَّابِ إلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ: اِعْلَمْ يَا عُمَرُ أَنَّ عَوْنَ اللَّهِ لِلْعَبْدِ بِقَدْرِ نِيَّتِهِ، فَمَنْ خَلَصَتْ نِيَّتُهُ تَمَّ عَوْنُ اللَّهِ لَهُ، وَمَنْ نَقَصَتْ نِيَّتُهُ نَقَصَ عَنْهُ عَوْنُ اللَّهِ بِقَدْرِ ذَلِكَ اهَ.

Telah menulis surat Imam Umar Al-Faruq kepada Abu Musa Al-Asy'ariy Radhiallahu Anhuma: Barang siapa yang bersih niatnya maka pasti akan mencukupi kepadanya perkara antara dirinya dan antara manusia. Dan telah menulis surat Salim Bin Abdillah bin Umar Al-Khottob kepada Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhum: Ketahuilah olehmu wahai Umar sesungguhnya pertolongan Allah kepada hambanya itu dengan bergantung dari niatnya. Barang siapa yang murni niatnya maka sempurna pertolongan Allah padanya, dan barang siapa yang kurang niatnya maka pasti berkurang darinya pertolongan Allah sebab ukuran berkurangnya niat itu.

(وَخُذِ الزَّادَ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ) فِى الْآخِرَةِ (بَعِيدٌ) فِى غَايَةِ التَّعَبِ (وخَفِّفِ الحِمْلَ) بِكَسْرِ الْحَاءِ أَيْ مَحْمُوْلَكَ مِنَ الدُّنْيَا (فَإِنَّ الْعَقَبَةَ كَئُوْدٌ) بِفَتْحِ الْكَافِ وَضَمِّ الْهَمْزَةِ: أَيْ إِنَّ طُلُوْعَ عَقَبَةِ الْجَبَلِ صَعْبٌ، فَإِنَّ أُمُوْرَ الْآخِرَةِ شَبِيْهَةٌ بِالْبَحْرِ الْعَمِيْقِ وَبِالسَّفَرِ الْبَعِيْدِ وَبِالْعَقَبَةِ الصَّعْبَةِ لِكَثْرَةِ الْأَهْوَالِ (وَأَخْلِصِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ) أَيْ الْمُعْتَبِرَ الْمُمَيِّزَ بَيْنَ الْحَسَنِ وَالْقَبِيْحِ وَهُوَ اللهُ تعالى (بَصِيْرٌ]) أَيْ مُطَّلِعٌ وَمُرَاقِبٌ لِجَمِيعِ الْأَحْوَالِ. قَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيُّ: طُوبَى لِمَنْ طَابَتْ لَهُ خُطْوَةٌ وَاحِدَةٌ فِي عُمْرِهِ لَا يُرِيدُ بِهَا إلَّا اللَّهُ تَعَالَى، وَمَأْخَذُهُ قَوْلُهُ ﷺ لِمُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: [أَخْلِصِ الْعَمَلَ يَجْزِكَ مِنْهُ الْقَلِيْلُ].

(Dan ambillah oleh mu bekal yang sempurna karena sesungguhnya perjalanan) Di akhirat (Itu jauh) Dalam tujuan yang sangat melelahkan (Dan ringankanlah olehmu beban) Lafadz الحِمْلَ dengan mengkasrohkan ح. Maksudnya yang dibawa olehmu dari dunia (Karena sesungguhnya tanjakan itu sangat sulit) Lafadz كَئُوْدٌ dengan memfathahkan ك dan mendhommahkan hamzah :  Maksudnya sesungguhnya panjangnya tanjakan gunung itu sulit, karena sesungguhnya perkara perkara akhirat itu menyerupai lautan yang dalam dan menyerupai perjalanan yang jauh dan menyerupai tanjakan gunung yang sulit karena banyaknya hal yang menakutkan (Dan murnikanlah olehmu amal karena sesungguhnya dzat yang meneliti) Maksudnya orang yang menilai dan membedakan antara kebaikan dan keburukan yaitu Allah Ta'ala (Itu maha melihat]) Maksudnya yang mengawasi dan mengamati pada semua keadaan. Telah berkata Abu Sulaiman Ad-Daroni: Kebahagiaan bagi orang yang telah menjadi baik bagi dirinya satu langkah dalam umurnya yang ia tidak bermaksud dengan langkah itu kecuali kepada Allah Ta'ala. Dasar pengambilannya qoul itu adalah sabda Nabi ﷺ kepada Mu'adz Radhiallahu Anhu: [Murnikanlah oleh mu Amal maka akan mencukupimu dari amal yang sedikit].

(وَقَالَ الشَّاعِرُ :

لَكِنَّ تَرْكَ الذُّنُوبِ أَوْجَبُ * فَرْضٌ عَلَى النَّاسِ أَنْ يَتُوبُوا
لَكِنَّ فَوْتَ الثَّوَابِ أَصْعَبُ * وَالصَّبْرُ فِي النَّائِبَاتِ صَعْبٌ
لَكِنَّ غَفْلَةَ النَّاسِ أَعْجَبُ * وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ
لَكِنَّ الْمَوْتَ مِنْ ذَاكَ أَقْرَبُ) * وَكُلُّ مَا قَدْ يَجِيْءُ قَرِيبٌ

(Telah berkata seorang penya'ir :

Wajib pada setiap manusia untuk bertaubat * Akan tetapi meninggalkan dosa itu lebih wajib
Sabar dalam setiap musibah itu sulit * Akan tetapi kehilangan ganjaran itu lebih sulit
Masa di dalam perubahannya itu aneh * Akan tetapi lalainya manusia itu lebih aneh
Setiap perkara yang akan datang itu dekat * Akan tetapi mati dibandingkan dengan perkara yang akan datang itu lebih dekat

قَوْلُهُ: وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ: أَيْ إِنَّ الزَّمَانَ فِي تَغَيُّرِهِ بِالْأُمُورِ الْحَادِثَةِ عَجِيبٌ.

Ucapan penya'ir : pada lafadz وَالدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيبٌ : Maksudnya sesungguhnya zaman dalam berubah-ubahnya zaman itu pada perkara yang baru itu aneh.

وَعَنْ أَنَسٍ: خَرَجَ ﷺ يَوْمًا وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ أَبِي ذَرٍّ فَقَالَ: [يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَلِمْتَ أَنَّ بَيْنَ أَيْدِيْنَا عَقَبَةً كَئُودًا لَا يَصْعَدُهَا إِلَّا الْمُخِفُّوْنَ؟ قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنَ الْمُخِفِّيْنَ أَنَا أَمْ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ؟ قَالَ: أَعِنْدَكَ طَعَامُ يَوْمٍ، قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامُ غَدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: وَطَعَامٌ بَعْدَ غَدٍ؟ قَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَوْ كَانَ عِنْدَكَ طَعَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ كُنْتَ مِنَ الْمُثْقِلِيْنَ] اهْ.

Diriwayatkan dari Anas: Telah keluar ﷺ pada suatu hari dan beliau itu memegang pada tangan Abu Dzar kemudian Rasulullah berkata: [Wahai Abu Dzar apakah engkau tahu sesungguhnya didepan kita ada tanjakan yang sulit tidak akan bisa mendaki padanya kecuali orang-orang yang meringankan? berkata salah seorang lelaki: Wahai Rasulallah apakah dari sebagian golongan orang-orang yang diringankan termasuk saya ataukah saya termasuk dari golongan orang-orang yang diberatkan? Rasulullah berkata: apakah disisimu masih ada makanan untuk hari ini, ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah ﷺ: Dan makanan untuk besok? ia berkata: iya, kemudian berkata Rasulullah ﷺ: Dan makanan untuk lusa? ia berkata: tidak, kemudian berkata Rasulullah ﷺ: Jika ada di sisimu makanan untuk tiga hari maka pasti jadilah kamu dari golongan orang-orang yang diberatkan].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (حَسَنَةٌ) وَهُوَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْمَدْحُ فِي الْعَاجِلِ وَالثَّوَابُ فِي الْآجِلِ (وَلَكِنْ أَرْبَعَةٌ مِنْهَا أَحْسَنُ: الْحَيَاءُ) وَهُوَ اِنْقِبَاضُ النَّفْسِ مِنْ شَيْءٍ حَذَرًا عَنِ اللَّوْمِ فِيهِ (مِنَ الرِّجَالِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْمَرْأَةِ أَحْسَنُ، وَالْعَدْلُ) أَيْ التَّوَسُّطُ بَيْنَ الْإِفْرَاطِ وَالتَّفْرِيطِ (مِنْ كُلِّ أَحَدٍ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْأُمَرَاءِ) أَيْ ذَوِي الْوِلَايَةِ (أَحْسَنُ، وَالتَّوْبَةُ) أَيْ الرُّجُوعُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بِحَلِّ عُقْدَةِ الْإِصْرَارِ عَنِ الْقَلْبِ ثُمَّ الْقِيَامِ بِكُلِّ حَقٍّ لِلَّهِ تَعَالَى (مِنَ الشَّيْخِ حَسَنَةٌ وَلَكِنَّهَا مِنْ الشَّابِّ أَحْسَنُ، وَالْجُودُ) أَيْ إفَادَةُ مَا يَنْبَغِي لَا لِعِوَضٍ (مِنَ الْأَغْنِيَاءِ حَسَنٌ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْفُقَرَاءِ أَحْسَنُ).

Maqolah yang ke dua (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullah (Empat) dari perkara (Yang baik) Yaitu perkara  yang berhubungan dengan perkara itu pujian di dunia dan pahala di akhirat (Akan tetapi empat dari kebaikan itu lebih baik: Malu) Malu adalah mengkerutnya diri dari suatu perkara karena menghindari dari celaan sebab perkara itu (Dari kaum laki-laki itu baik akan tetapi malu dari kaum perempuan itu lebih baik, dan adil) Maksudnya tengah-tengah antara berlebihan dan lalai (Dari setiap orang itu baik akan tetapi adil dari para pemimpin) Maksudnya yang mempunyai wilayah (Itu lebih baik, dan taubat) Maksudnya kembali kepada Allah Ta'ala dengan cara melepas ikatan desakan keinginan dari hati kemudian mendirikan atas setiap hak kepada Allah Ta'ala (Dari orang tua itu bagus akan tetapi taubat dari pemuda itu lebih baik, dan dermawan) Maksudnya memberikan faedah pada perkara yang penting bukan karena ingin balasan (Dari orang kaya itu baik akan tetapi dermawan dari orang faqir itu lebih baik).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (أَرْبَعَةٌ قَبِيحَةٌ) وَهُوَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الذَّمُّ فِي الْعَاجِلِ وَالْعِقَابُ فِي الْآجِلِ (لَكِنْ أَرْبَعَةٌ مِنْهَا أَقْبَحُ: الذَّنْبُ) أَيْ الْإِثْمُ (مِنَ الشَّابِّ قَبِيحٌ وَمِنَ الشَّيْخِ أَقْبَحُ، وَالْاِشْتِغَالُ بِالدُّنْيَا) أَيْ بِأَمْتِعَتِهَا (مِنَ الْجَاهِلِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعَالِمِ أَقْبَحُ) كَمَا رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ فِى الدُّنْيَا زُهْدًا لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى إِلَّا بُعْدًا] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Maqolah yang ke tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu Anhum (Empat perkara yang jelek) Yaitu perkara yang berhubungan dengannya celaan di dunia dan siksa di akhirat (Akan tetapi empat dari perkara itu lebih jelek: Dosa) Maksudnya dosa (Dari pemuda itu jelek dan dosa dari orang yang sudah tua itu lebih jelek, dan sibuk dengan dunia) Maksudnya dengan berbagai kesenangan dunia (Dari orang bodoh itu jelek dan sibuk dengan dunia dari orang yang alim itu lebih jelek) Sebagaimana telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda: [Barang siapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah di dunia zuhudnya maka tidak akan bertambah dari Allah kecuali semakin menjauh] Telah meriwayatkan Imam Ad-Dailami.

(وَالتَّكَاسُلُ فِي الطَّاعَةِ) أَيْ مُوَافَقَةِ أَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى (مِنْ جَمِيعِ النَّاسِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْعُلَمَاءِ وَالطَّلَبَةِ) أَيْ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ (أَقْبَحُ، وَالتَّكَبُّرُ مِنَ الْأَغْنِيَاءِ قَبِيحٌ وَمِنَ الْفُقَرَاءِ أَقْبَحُ).

(Dan malas dalam keta'atan) Maksudnya taat adalah bersesuaian dengan perintah Allah (Dari semua manusia itu jelek dan malas dalam keta'atan dari ulama dan santri) Maksudnya orang-orang yang mencari ilmu (Itu lebih jelek, dan sombong dari orang kaya itu jelek dan sombong dari orang faqir itu lebih jelek)

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 4

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [الْكَوَاكِبُ أَمَانٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ فَإِذَا انْتَثَرَتْ) أَيْ تَفَرَّقَتْ الْكَوَاكِبُ (كَانَ الْقَضَاءُ) أَيْ الْحُكْمُ الْإِلَهِيُّ (عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ) مِنَ الِانْفِطَارِ وَالطَّيِّ وَمَوْتِ الْمَلَائِكَةِ فِيهَا (وَأَهْلُ بَيْتِي) أَيْ ذُرِّيَّتِي (أَمَانٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا زَالَ أَهْلُ بَيْتِي كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى أُمَّتِي) مِنْ ظُهُورِ الْبِدَعِ وَغَلَبَةِ الْأَهْوَاءِ وَاخْتِلَافِ الْعَقَائِدِ وَظُهُورِ الرُّومِ وَغَيْرِهَا (وَأَنَا أَمَانٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ) أَيْ مِتُّ (كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى اَصْحَابِيْ) مِنَ الْفِتَنِ وَالْحُرُوبِ وَارْتِدَادِ مَنِ ارْتَدَّ وَاخْتِلَافِ الْقُلُوبِ (وَالْجِبَالُ أَمَانٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ فَإِذَا ذَهَبَتْ) أَيْ الْجِبَالُ (كَانَ الْقَضَاءُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ]).

Maqolah yang ke empat (Telah bersabda Nabi ﷺ : [Bintang-bintang adalah pengaman untuk penduduk langit maka ketika menyebar) Maksudnya berpisah bintang-bintang (Maka pasti terjadi qodho) Maksudnya hukum ketuhanan (Kepada penduduk langit) Nyatanya terpecah dan tergulung dan matinya para malaikat di langit (Dan ahlul baitku) Maksudnya keturunanku (Adalah pengaman untuk umatku maka ketika hilang ahli baitku maka pasti terjadi qodho kepada umatku)  Nyatanya munculnya bid'ah dan menangnya hawa nafsu berbeda bedanya aliran aqidah munculnya kaum romawi dan selainnya (Dan aku adalah pengaman untuk sahabat-sahabatku maka ketika aku pergi) Maksudnya aku mati (Maka pasti terjadi qodho kepada sahabat-sahabatku) Nyatanya berbagai fitnah dan peperangan dan murtadnya orang-orang murtad dan bercerai berainya hati (Dan gunung adalah pengaman untuk penduduk bumi maka ketika hilang) Maksudnya gunung-gunung (Maka pasti terjadi qodho kepada penduduk bumi]).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 5

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (تَمَامُهَا بِأَرْبَعَةٍ) مِنَ الْأُمُورِ (تَمَامُ الصَّلَاةِ بِسَجْدَتَيْ السَّهْوِ) حِينَ وُجُودِ سَبَبِ السُّجُودِ كَنَقْلِ الْقَوْلِيِّ عَنْ مَحَلِّهِ، وَذَلِكَ إِمَّا أَنْ يَكُونَ الْمَنْقُولُ رُكْنًا أَوْ بَعْضًا أَوْ هَيْئَةً، فَالرُّكْنُ يَسْجُدُ لِنَقْلِهِ مُطْلَقًاً، وَالْبَعْضُ إِنْ كَانَ تَشَهُّدًا أَوَّلً كَذَلِكَ، أَمَّا الْقُنُوتُ فَإِنْ نَقَلَهُ بِقَصْدِهِ سَجَدَ أَوْ بِقَصْدِ الذِّكْرِ فَلَا، وَالْهَيْئَةُ لَا يَسْجُدُ لِنَقْلِهَا إِلَّا السُّورَةَ كَذَا أَفَادَ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ.

Maqolah yang ke lima (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Empat) Perkara (Yang akan sempurna empat perkara itu dengan empat) Perkara (Sempurnanya sholat dengan dua sujud sahwi) Ketika ada sebab sujud sahwi seperti berpindahnya rukun qouli dari tempatnya, dan itu ada kalanya bacaan yang dipindah berupa rukun atau berupa sunnah ab'ad atau berupa sunnah hai'ah. Maka memindah rukun itu orang yang memindah rukun harus sujud karena memindah rukun qouli secara mutlak. Dan sunnah Ab'ad jika terbukti berupa tasyahud awal maka demikian pula. Adapun qunut jika orang yang sholat memindahkan qunut dengan maksud qunut maka ia sujud sahwi atau dengan maksud dzikir maka ia tidak perlu sujud sahwi. Dan sunnah hai'at orang yang sholat tidak perlu sujud sahwi karena memindah sunnah hai'at kecuali bacaan surat demikian telah memberi faedah syaikhuna Ahmad An-Nahrawi.

(وَ) تَمَامُ (الصَّوْمِ) أَيْ صَوْمِ رَمَضَانَ (بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ﴾ [الْبَقَرَةُ: الْآيَةَ ١٨٤] وَالضَّمِيرُ فِي يُطِيقُونَهُ رَاجِعٌ لِلْفِدْيَةِ لِأَنَّهُ مُتَقَدِّمٌ رُتْبَةً. وَالْمَعْنَى: وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَ الْفِدْيَةَ هُوَ طَعَامُ مِسْكِينٍ وَالْمُرَادُ مِنَ الطَّعَامِ صَدَقَةُ الْفِطْرِ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ عَقِبَ الْأَمْرِ بِالصِّيَامِ كَمَا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى بِتَكْبِيرَاتِ الْعِيدِ عَقِبَ الْآيَةِ الثَّانِيَةِ كَمَا فِي فَتْحِ الْخَبِيرِ.

(Dan) sempurnanya (puasa) Maksudnya puasa Ramadhan (Itu dengan zakat Fitrah) Telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Dan wajib kepada orang orang yang berat menjalankan puasa Ramadhan membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin﴿ [Al-Baqoroh: Ayat 184]. Dhomir pada lafadz يُطِيقُونَهُ itu kembali kepada lafadz فِدْيَةٌ karena sesungguhnya dhomir itu didahulukan pada urutannya. Ma'nanya : Dan wajib atas orang orang yang mampu membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin. Yang dimaksud dari memberi makan adalah zakat fitrah karena sesungguhnya Allah Taala itu berfirman pada ayat ini sesudah perintah puasa Ramadhan sebagaimana Allah Ta'ala telah memerintah untuk membaca takbir di malam idul fitri sesudah ayat yang kedua sebagaimana dalam kitab Fathul Khobir.

(وَ) تَمَامُ (الْحَجِّ بِالْفِدْيَةِ) وَهِيَ إِمَّا ذَبْحُ النَّعَمِ أَوِ الْأَمْدَادِ إِذَا وُجِدَ سَبَبُهَا الَّذِي يُوجِبُهَا أَوْ يَسُنُّهَا أَوْ لَمْ يُوجَدْ بَلْ فَعَلَ الْفِدْيَةَ لِلِاحْتِيَاطِ (وَ) تَمَامُ (الْإِيمَانِ بِالْجِهَادِ) أَيْ بِالدُّعَاءِ إِلَى الدِّينِ الْحَقِّ كَمَا قَالَهُ السَّيِّدُ عَلِيُّ الْجُرْجَانِيُّ فِي التَّعْرِيفَاتِ.

(Dan) Sempurnanya (Haji itu dengan membayar fidyah) Fidyah itu adakalanya menyembelih binatang ternak atau membayar mud ketika ditemukan sebabnya fidyah yang mewajibkan membayar fidyah atau yang mensunnahkan fidyah atau tidak ditemukan akan tetapi ia melaksanakan fidyah karena kehati-hatian (Dan) Sempurnanya (Iman itu dengan jihad) Maksudnya dengan mengajak pada agama yang benar sebagaimana telah berkata atas keterangan itu Sayyid Ali Al-Jurzani dalam kitab At-Ta'rifat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 6

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) حَفِيدِ الْقَاضِي نُوحٍ الْمِرْوَزِيِّ (مَنْ صَلَّى كُلَّ يَوْمٍ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً) وَهِيَ رَكْعَتَانِ قَبْلَ صُبْحٍ وَرَكْعَتَانِ قَبْلَ ظُهْرٍ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا وَأَرْبَعُ رَکعَاتٍ قَبْلَ عَصْرٍ وَرَکعَتَانِ بَعْدَ مَغْرِبٍ (فَقَدْ أَدَّی حَقَّ الصَّلَاةِ) لِقَوْلِهِ ﷺ: [رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا] وَكَانَ ﷺ يُصَلِّي قَبْلَهَا أَرْبَعًا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيْمِ، وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الْعَصْرِ حَرَّمَ اللَّهُ بَدَنَهُ عَلَى النَّارِ].

Maqolah yang ke enam (Dari Abdullah bin Mubarok) Cucu seorang Qodhi Nuh Al-Mirwazi (Barang siapa melaksanakan sholat setiap hari dua belas rokaat) Yaitu dua roka'at sebelum sholat Subuh dan dua rokaat sebelum sholat Dzuhur dan dua rokaat sesudahnya dan empat rokaat sebelum sholat Ashar dan dua rokaat sesudah sholat Magrib (Maka sungguh ia telah menunaikan haknya sholat) Karena sabda Nabi ﷺ: [Semoga Allah merahmati kepada orang yang melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar empat rokaat] Dan ada Nabi ﷺ melaksanakan sholat sebelum sholat Ashar empat rokaat yang ia pisah antara empat rokaat dengan salam. Dan riwayat milik Imam Thabrani: [Barang siapa melaksanakan sholat empat rokaat sebelum sholat Ashar maka Allah mengharamkan pada badannya masuk neraka].

وَنَقَلَ الشَّيْخُ خَلِيلُ الرَّشِيدِيُّ مِنَ الدِّمْيَاطِيِّ فِي الْمَتْجَرِ الرَّابِحِ مِنْ خَبَرِ مُسْلِمٍ: [مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّي لِلَّهِ تَعَالَى فِي كُلِّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ] زَادَ التِّرْمِذِيُّ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ.

Dan telah menukil Syaikh Kholil Ar-Rasyidi dari Syaikh Dimyati di dalam kitab Matjari Robih dari hadits riwayat Imam Muslim [Tidaklah seorang hamba sholat karena Allah Ta'ala di setiap hari dua belas rokaat dengan suka rela selain sholat fardhu kecuali pasti Allah akan membangun untuknya rumah di surga] Telah menambah Imam Tirmidzi empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan dua rokaat sesudahnya dan dua rokaat sesudah sholat Magrib dan empat rokaat sesudah sholat Isya dan dua rokaat sebelum sholat Subuh.

وَلِلطَّبَرَانِيِّ: [مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كَأَنَّمَا تَهَجَّدَ بِهِنَّ مِنْ لَيْلَتِهِ، وَمَنْ صَلَّاهُنَّ بَعْدَ الْعِشَاءِ كَمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ].

Dan riwayat milik Imam Thobroni: [Barang siapa sholat sebelum sohlat Dzuhur empat rokaat maka seakan akan ia sholat Tahajjud dengan empat rokaat itu di waktu malamnya, dan barang siapa melaksanakan sholat empat rokaat sesudah sholat Isya Maka seperti seumpama shola empat rokaat di malam lailatul Qodar].

وَمِنْ ثَمَّ قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: لَيْسَ شَيْءٌ يَعْدِلُ صَلَاةَ اللَّيْلِ مِنْ صَلَاةِ النَّهَارِ إِلَّا أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَفَضْلُهُنَّ عَلَى صَلَاةِ النَّهَارِ كَفَضْلِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الْوَاحِدِ. وَكَانَ ﷺ يُصَلِّيهِنَّ وَيُطِيلُ فِيهِنَّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ وَيَقُولُ: [إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ فَأُحِبُّ أَنْ يَصْعَدَ لِي فِيهَا عَمَلٌ صَالِحٌ].

Dan dari sanalah berkata Ibnu Mas'ud: Tidak ada sesuatu yang bisa menandingi sholat malam dari sholat siang kecuali empat rokaat sebelum sholat Dzuhur. Keutamaan empat rokaat sebelum sholat Dzuhur di atas sholat siang itu seperti keutamaan sholat berjamaah di atas sholat sendirian. Dan ada Nabi ﷺ Sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur dan ia memanjangkan di dalam sholat empat rokaat sebelum sholat Dzuhur itu rukuk dan sujud dan ia bersabda: [Sesungguhnya waktu sholat qobliah Dzuhur adalah waktu dibuka di dalamnya pintu-pintu langit maka aku suka supaya naik untuk ku pada waktu itu amal yang sholeh].

(وَمَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ) وَهِيَ الْأَيَّامُ الْبِيضُ وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَتَالِيَاهُ إِلَّا فِي الْحِجَّةِ يَصُومُ السَّادِسَ عَشَرَ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ بَدَلَ الثَّالِثَ عَشَرَ وَحِكْمَةُ كَوْنِهَا ثَلَاثَةً أَنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا فَصَوْمُهَا كَصَوْمِ الشَّهْرِ كُلِّهِ وَلِذَلِكَ يَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ بِصَوْمِ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ، كَذَا فِي التُّحْفَةِ (فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الصِّيَامِ، وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ آيَةٍ فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الْقِرَاءَةِ) وَقِرَاءَةُ الْمُنْجِّيَاتِ السَّبْعَةِ أَوْلَى وَهِيَ: آلم تَنْزِيل، وَيس، وَفُصِّلَتْ، وَالدُّخَانُ، وَالْوَاقِعَةُ، وَالْحَشْرُ، وَالْمُلْكُ، وَأَنْ يَقْرَأَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى أَوَائِلَ الْحَدِيدِ وَخَوَاتِمَ الْحَشْرِ وَالْإِخْلَاصِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ ثَلَاثًاً ثَلَاثًاً (وَمَنْ تَصَدَّقَ فِي جُمْعَةٍ بِدِرْهَمٍ) أَوْ بِمَا يُسَاوِيهِ (فَقَدْ أَدَّى حَقَّ الصَّدَقَةِ).

(Dan barang siapa yang berpuasa dari setiap bulan tiga hari) Yaitu hari hari yang terang yaitu tanggal tiga belas dan dua hari yang mengiringinya kecuali pada bulan Dzul Hijjah maka berpuasa di tanggal enam belas atau satu hari sesudah tanggal enam belas sebagai ganti tanggal tiga belas. Hikmah adanya puasa tiga hari adalah sesungguhnya satu kebaikan itu diganti sepuluh kali lipat yang serupa dengannya maka berpuasa tiga hari itu seperti puasa satu bulan seluruhnya dan karena itu hasil asal sunnah dengan puasa tiga hari dari hari-hari manapun dari satu bulan. Demikian dalam kitab Tuhfah (Maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya puasa, Dan barang siapa membaca setiap hari seratus ayat maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya bacaan quran) Membaca surat Al-Munjiat yang tujuh itu lebih utama yaitu: Surat As-Sajdah, dan surat yasin dan surat fusilat dan surat Ad-Dukhon dan surat Al-Waqi'ah dan surat Al-Hasyr dan Surat Al-Mulk. Dan membaca ketika waktu subuh dan ketika waktu sore awal-awal surat Al-Hadid dan akhir surat Al-Hasr dan surat Al-Ikhlas dan Surat Al-Falaq dan surat An-Nas tiga kali tiga kali (Dan barang siapa bersedekah dengan satu dirham) Atau dengan perkara yang setara dengan satu dirham (Maka sungguh ia telah menunaikan pada haknya sedekah).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 7

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: الْبُحُورُ) أَيْ الْمُتَّسِعَةُ الْجَامِعَةُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَنْوَاعِ (الْهَوَى بَحْرُ الذُّنُوبِ) أَيْ مَيْلَانُ النَّفْسِ إِلَى شَهَوَاتِهَا مِنْ غَيْرِ طَلَبِ الشَّرْعِ جَامِعٌ لِلذُّنُوبِ (وَالنَّفْسُ بَحْرُ الشَّهَوَاتِ) أَيْ النَّفْسُ الْأَمَّارَةُ وَهِيَ الَّتِي تَمِيلُ إلَى الطَّبِيعَةِ الْبَدَنِيَّةِ وَتَأْمُرُ بِاللَّذَّاتِ جَامِعَةٌ لِحَرَكَاتِ النَّفْسِ فَهِيَ مَأْوَى الشُّرُورِ وَمَنْبَعُ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيمَةِ (وَالْمَوْتُ بَحْرُ الْأَعْمَارِ) بِالرَّاءِ أَيْ الْمَوْتِ جَامِعٌ لِلْأَعْمَارِ وَفِي نُسْخَةٍ بَحْرُ الْأَعْمَالِ بِاللَّامِ فَهِيَ كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ الْمَوْتُ صُنْدُوقُ الْعَمَلِ (وَالْقَبْرُ بَحْرُ النَّدَمَاتِ) أَيْ الْبَرْزَخُ الْفَاصِلُ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ جَامِعٌ لِأَنْوَاعِ الْغُمُومِ الَّتِي يَتَمَنَّى صَاحِبُهَا أَنَّهَا لَا تَقَعُ.

Maqolah yang ke tujuh (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Lautan-lautan) Maksudnya yang luas dan mengumpulkan (Itu ada empat) Macam (Hawa nafsu adalah lautan dosa-dosa) Maksudnya condongnya diri pada keinginan-keinginan nafsu pada selain perintah syara itu adalah mengumpulkan dosa-dosa (Dan nafsu adalah lautan syahwat) Maksdnya nafsu amarah yaitu adalah nafsu yang condong kepada tabiat badaniah dan memerintah pada kenikmatan itu yang mengumpulkan pada gerakan gerakan nafsu dan gerakan nafsu adalah tempat kembalinya berbagai keburukan dan sumber akhlak-akhlak yang tercela (Dan mati adalah lautan umur) Dengan ro maksudnya mati adalah yang mengumpulkan berbagai umur dan dalam sebuah naskh lautan berbagai amal perbuatan dengan mambaca lam yaitu seperti perkataan sebagian ulama mati adalah petinya amal (Dan kubur adalah lautan berbagai penyesalan) Maksudnya alam Barzahk yang memisahkan antara dunia dan akhirat itu yang mengumpulkan berbagai warna kesusahan yang mana berharap orang yang memilikinya sesungguhnya kesusahan itu tidak terjadi.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَدْتُ حَلَاوَةَ الْعِبَادَةِ فِي أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: أَوَّلُهَا: فِي أَدَاءِ فَرَائِضِ اللَّهِ) يَسِيْرِهَا وَعَسِيْرِهَا (وَالثَّانِي: فِي اجْتِنَابِ مَحَارِمِ اللَّهِ) صَغِيرِهَا وَكَبِيرِهَا (وَالثَّالِثُ: فِي الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ) وَهُوَ كُلُّ مَا يَحْسُنُ فِي الشَّرْعِ (وَابْتِغَاءِ ثَوَابِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ الْعِلَّةِ عَلَى مَعْلُولِهَا (وَالرَّابِعُ: فِي النَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ) وَهُوَ مَا لَيْسَ فِيهِ رِضَا اللَّهِ تَعَالَى مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ (وَالْاِتِّقَاءِ) أَيْ الِاحْتِرَاسِ (مِنْ غَضَبِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ السَّبَبِ عَلَى الْمُسَبَّبِ.

Maqolah yang ke delapan (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Aku menemukan kenikmatan beribadah sebab empat perkara: Yang pertama dari empat perkara: Adalah sebab menunaikan kefardhuan kepada Allah)  Mudahnya kefardhuan itu dan susahnya kefardhuan itu (Dan yang kedua: Adalah sebab menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah) Kecilnya yang diharamkan itu dan besarnya yang diharamkan itu (Dan yang ketiga: Adalah sebab memerintah kebaikan) Yaitu setiap perkara yang baik menurut syara (Karena mengharapkan pahala dari Allah) Lafadz وَابْتِغَاءِ mengathaf kepada lafadz الْأَمْرِ adalah dari mengathofkan illat kepada yang diilatinya (Dan yang ke empat: Adalah sebab melarang dari kemungkaran) Yaitu perkara yang tidak ada di dalamnya ridho Allah Ta'ala dari perkataan atau perbuatan (Karena menjaga) Maksudnya menjaga (Dari murkanya Allah) Lafadz وَالْاِتِّقَاءِ itu dari mengathofkan sebab kepada musabab.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 9

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا عُثْمَانَ (أَيْضًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (ظَاهِرُهُنَّ فَضِيلَةٌ) أَيْ خَيْرٌ كَثِيرٌ (وَبَاطِنُهُنَّ فَرِيضَةٌ) أَيْ وَاجِبَةٌ (مُخَالَطَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْقَائِمِينَ بِحُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقِ الْعِبَادِ (فَضِيلَةٌ، وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ) فِي أَفْعَالِهِمْ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ، وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ فَضِيلَةٌ، وَالْعَمَلُ بِهِ) أَيْ بِمَا فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي (فَرِيضَةٌ، وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ) أَيْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ (فَضِيلَةٌ، وَالِاسْتِعْدَادُ لَهَا) أَيْ التَّهَيُّؤُ لِدُخُولِ الْقَبْرِ بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ) وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ إمَّا لِمُجَرَّدِ تَذَكُّرِ الْمَوْتِ وَالْآخِرَةِ فَتَكُونُ بِرُؤْيَةِ الْقُبُورِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ أَصْحَابِهَا وَلَوْ قُبُورَ الْكَافِرِينَ أَوْ لِنَحْوِ دُعَاءٍ فَتُسَنُّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَوْ لِلتَّبَرُّكِ فَتُسَنُّ لِأَهْلِ الْخَيْرِ أَوْ لِأَدَاءِ حَقٍّ كَصَدِيقٍ وَوَالِدٍ (وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ فَضِيلَةٌ، وَاِتِّخَاذُ الْوَصِيَّةِ فَرِيضَةٌ) قَالَ ﷺ: [الْمَحْرُومُ مَنْ حُرِمَ الْوَصِيَّةَ] أَيْ الْمَحْرُومُ مِنْ الثَّوَابِ وَالْخَيْرِ الْعَظِيمِ مَنْ مُنِعَ مِنَ الْوَصِيَّةِ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَةَ عَنْ أَنَسٍ.

Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata) Maksudnya Sayyiduna Utsman (Juga Radhiallahu Anhu: Empat) Dari perkara (Dzohirnya empat perkara itu adalah keutamaan) Maksudnya kebaikan yang banyak (Dan dalamnya empat perkara itu adalah kefardhuan) Maksudnya kewajiban (Bergaul bersama orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang mendirikan pada hak-haknya Allah Ta'ala dan hak-haknya para hamba (Adalah keutamaan, sedangkan mengikuti kepada mereka) Dalam perbuatan-perbuatan mereka yang sholeh (Adalah kefardhuan. Dan membaca Al-Quran adalah keutamaan sedangkan mengamalkan Al-Quran) Maksudnya pada perkara dalam Al-Quran dari perintah-perintah dan larangan-larangan (Adalah kefardhuan. Dan berziarah qubur) Maksudnya quburan orang-orang sholeh (Adalah keutamaan sedangkan bersiap untuknya) Maksudnya bersiap-siap untuk masuk alam qubur dengan mengerjakan amal-amal sholeh (Adalah kefardhuan) Dan ziarah qubur adakalanya untuk semata-mata mengigat kematian dan akhirat maka ada tujuan itu dengan melihat qubur tanpa harus mengetahui nama pemiliknya walaupun quburan orang-orang kafir atau untuk seumpama mendoakan maka disunnahkan kepada setiap orang muslim atau untuk tabarruk maka disunnahkan kepada ahli kebaikan atau untuk menunaikan hak seperti sahabat dan orang tua (Dan mengunjungi orang sakit adalah satu keutamaan sedangkan megambil wasiat adalah fardhu) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Orang yang dihalang-halangi adalah orang yang dihalangi pada wasiat] Maksudnya orang yang dihalang-halangi dari pahala dan kebaikan yang agung adalah orang yang dihalangi dari wasiat, Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah Dari Anas

وَقَالَ ﷺ: [مَنْ مَاتَ عَلَى وَصِيَّةٍ مَاتَ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ وَتُقًى وَشَهَادَةٍ وَمَاتَ مَغْفُورًا لَهُ].

Dan telah bersabda Nabi ﷺ: [Barang siapa yang mati di atas wasiat maka ia mati di atas agama islam dan di atas sunah dan di atas ketakwaan dan di atas syahid dan ia mati sebagai yang diampuni untuknya].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 10

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّهُ قَالَ: مَنْ اِشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَارَعَ إِلَى الْخَيْرَاتِ) أَيْ أَسْرَعَ الذَّهَابَ إِلَيْهَا (وَمَنْ أَشْفَقَ) أَيْ حَذَرَ (مِنَ النَّارِ انْتَهَى عَنِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ اِمْتَنَعَ عَنِ اتِّبَاعِ حَرَكَاتِ النَّفْسِ (وَمَنْ تَيَقَّنَ بِالْمَوْتِ اِنْهَدَمَتْ عَلَيْهِ اللَّذَّاتُ) بِالدَّالِ الْمُهْمَلَةِ، أَيْ فَنِيَتْ، أَوْ بِالذَّالِ الْمُعْجَمَةِ أَيْ اِنْقَطَعَتْ (وَمَنْ عَرَفَ اَلدُّنْيَا) بِأَنَّهَا دَارُ اَلْمِحَنِ وَالْكُدُورَاتِ (هَانَتْ عَلَيْهِ اَلْمُصِيبَاتُ) أَيْ لَانَتْ عَلَيْهِ الشَّدَائِدُ النَّازِلَةُ.

Maqolah yang ke sepuluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhah (Sesungguhnya ia berkata: Barang siapa rindu pada surga maka ia akan bergegas menuju kebaikan-kebaikan) Maksudnya ia bergegas berangkat menuju kebaikan (Dan barang siapa yang takut) Maksudnya takut (Dari neraka maka ia akan mencegah diri dari syahwat) Maksudnya ia mencegah diri dari mengikuti gerakan nafsu (Dan barang siapa meyakini pada kematian maka pasti menjadi lebur kepadanya kenikmatan) Lafadz اِنْهَدَمَتْ dengan د yagn diringankan maksudnya rusak atau dengan ذ yang diberi titik maksudnya menjadi putus (Dan barang siapa yang mengenal dunia) Karena sesungguhnya dunia adalah tempatnya berbagai ujian dan tempatnya berbagai kotoran (Maka menjadi mudah kepadanya berbagai musibah) Maksudnya menjadi ringan kepadanya berbagai musibah berat yang menimpa.

[nextpage]

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 11

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ) أَيْ أَصْلُهُ فَقِوَامُ الدِّينِ لَيْسَ إِلَّا بِهَا كَمَا أَنَّ الْبَيْتَ لَا يَقُومُ إِلَّا عَلَى عَمُودِهِ فَهِيَ تَحْقِيقٌ لِلْعُبُودِيَّةِ وَأَدَاءٌ لِحَقِّ الرُّبُوبِيَّةِ وَجَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ وَسَائِلُ إلَى تَحْقِيقِ سِرِّهَا (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ)، قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ أَرْفَعُ الْعِبَادَةِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا يَنْفَعُ فِى الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَتَرْكُ الرَّدِّ عَلَى مَنْ اِعْتَدَى مِنْ أَرْفَعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، فَإِنَّ أَكْثَرَ الْخَطَايَا مِنَ اللِّسَانِ، أَمَّا إذَا كَانَ الْإِنْسَانُ خَالِيًا عَنْ النَّاسِ فَلَا يَكُونُ سُكُوتُهُ مِنَ الْعِبَادَةِ.

Maqolah yang ke sebelas (Dari Nabi ﷺ Sesungguhnya Nabi bersabda: [Sholat adalah tiang agama) Maksudnya pangkalnya agama. Maka tegaknya agama itu tidak ada kecuali dengan sholat sebagaimana sesungguhnya rumah itu tidak akan bisa berdiri kecuali dengan tiang rumah Maka sholat adalah perwujudan untuk ibadah dan pelaksanaan pada hak-hak ketuhanan dan seluruh ibadah itu menjadi sarana menuju perwujudan dari rahasia sholat. (Dan tidak berkata-kata itu lebih utama) Telah berkata ﷺ: [Tidak berkata-kata adalah setinggi-tingginya ibadah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu. Maksudnya diam dari perkara yang tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunia dan meninggalkan dari menjawab kepada orang yang dzolim adalah sebagian dari setinggi-tingginya warna ibadah. Karena sesungguhnya paling banyaknya kesalahan itu dari lisan. Adapun ketika ada manusia yang sepi dari manusia maka tidak menjadi diamnya orang itu bagian dari ibadah.

(وَالصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ] رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ عَنْ مُحْرِزٍ وَذَلِكَ لِمَا فِي الصَّمْتِ مِنَ الْوَقَارِ، أَيْ الرَّزَانَةِ الْمُنَاسِبَةِ لِحَقِّ الْعِلْمِ وَلِأَنَّ الْمَرْءَ جَهْلُهُ مَسْتُورٌ مَا لَمْ يَتَكَلَّمْ.

(Shodaqoh itu bisa memadamkan murkanya Allah dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Diam adalah perhiasan bagi orang alim dan penutup untuk orang-orang bodoh] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Syaikh dari Muhriz dan hal itu karena perkara yang ada sebab diam nyatanya wibawa maksudnya ketenangan hati yang sesuai dengan kebenaran ilmu dan karena sesungguhnya seseorang itu kebodohannya tertutup selama ia tidak berbicara.

(وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ) أَيْ وِقَايَةٌ (مِنَ النَّارِ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَنَسٍ، أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا ثَوَابَ فِيهِ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ الْحَسَنَةِ لِسَلَامَةِ صَاحِبِهِ مِنَ الْغِيبَةِ وَنَحْوِهَا. أَمَّا الِاشْتِغَالُ بِمَا فِيهِ ثَوَابٌ مِنْ نَحْوِ ذِكْرٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ وَعِلْمٍ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّمْتِ.

(Puasa adalah benteng) Maksudnya pelindung (Dari neraka dan diam itu lebih utama) Telah bersabda ﷺ: [Diam adalah pimpinan akhlak] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Anas. Maksudnya diam dari perkara yang tidak mengandung pahala di dalamnya adalah pimpinan akhlak yang baik karena selamatnya orang yang mempunyai diam dari gibah dan seumpama gibah. Adapun sibuk dengan perkara yang di dalamnya ada pahala dari seumpama dzikir dan membaca Al-Qur'an dan membaca ilmu maka hal itu lebih utama dibandingkan diam.

(وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ) أَيْ أَعْلَاهُ إِنْ تَعَيَّنَ وَذَلِكَ أَنَّ الْجِهَادَ يُعْلَمُ مِنْ مَحَلٍّ بَعِيدٍ كَمَا أَنَّ سَنَامَ الْإِبِلِ يُرَى مِنْ بَعِيدٍ (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ]) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيلُ فَاعِلُهُ] رَوَاهُ الْقُضَاعِيُّ عَنْ أَنَسٍ وَالدَّيْلَمِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَيْ الصَّمْتُ حِكْمَةٌ، أَيْ نَافِعٌ يَمْنَعُ مِنَ الْجَهْلِ وَقَلَّ مَنْ يَصْمُتُ عَمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ عَنِ النُّطْقِ بِمَا يُشِيْنُهُ. وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ: [مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ]

(Dan jihad adalah puncak agama) Maksudnya yang tertinggi dari agama jika sudah wajib dan hal itu sesungguhnya jihad bisa diketahui dari tempat yang jauh sebagaimana sesungguhnya punuk unta bisa dilihat dari kejauhan (Dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Diam merupakan hikmah dan sangat sedikit orang yang melakukannya] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Qudho'i dari Anas dan Imam Ad-Dailami dari Ibnu Umar. Maksudnya diam adalah kebijaksanaan maksudnya yang bermanfaat yang bisa mencegah dari kebodohan dan sedikit orang yang bisa diam dari perkara yang tidak mengandung faedah di dalamnya dan sedikit orang yang bisa mencegah pada dirinya sendiri darii berucap atas perkara yang akan mempermalukan dirinya. Oleh karena itulah dikatakan: [Dari Bahar Khofif]

َقَدْ فَرَشْتَ الْفُضُولَ عَرْضًا وَطُولًا * يَا كَثِيرَ الْفُضُولِ قَصِّرْ قَلِيلًا
فَاسْكُتِ الْآنَ إِنْ أَرَدْتَ جَمِيلًا * قَدْ أَخَذْتَ مِنَ الْقَبِيحِ بِحَظٍّ
ًWahai orang yang banyak bicara kurangilah ucapanmu sedikit * Sungguh kau telah menyebarkan ucapan itu dengan mengemukakan dan melebih-lebihkan
Sungguh kau telah mengambil dari keburukan sebagai jatah * Maka diamlah sekarang juga jika engkau mengharapkan keindahan

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِي ذَاتِ اللَّهِ]رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Dan diriwayatkan  sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Paling utamanya jihad adalah engkau memerangi dirimu dan hawa nafsumu di dalam meraih ridho Allah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 12

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى نَبِيٍّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ بَنِي إسْرَائِيلَ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (وَقَالَ) جَلَّ وَعَزَّ (صَمْتُكَ عَنِ الْبَاطِلِ) وَهُوَ مَا لَا يُفِيدُ شَيْئًا (لِي) أَيْ لِأَجْلِي (صَوْمٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّوْمِ (وَحِفْظُكَ الْجَوَارِحَ) أَيْ الْعَوَامِلَ كَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ (عَنِ الْمَحَارِمِ لِي صَلَاةٌ) أَيْ أَجْرُهُ كَأَجْرِ الصَّلَاةِ (وَإِيَاسُكَ) أَيْ قَطْعِ طَمَعَكَ (عَنِ الْخَلْقِ لِي صَدَقَةٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّدَقَةِ (وَكَفُّكَ الْأَذَى) أَيْ وُصُولَ الْمَكْرُوهِ (عَنِ الْمُسْلِمِينَ لِي) أَيْ لِأَجْلِي (جِهَادٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الْجِهَادِ.

Maqolah yang ke dua belas (Dikatakan: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Nabi dari Bani Israil) Alaihimus Salam (Dan Allah berfirman) Jalla Wa Azza (Diamnya engkau dari kebatilan) Yaitu  perkara yang tidak memberikan faedah apapun (Karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah puasa) Maksudnya ganjaran diam dari kebatilan itu seperti ganjaran puasa (Dan menjaganya kamu pada angota badan) Maksudnya anggota badan seperti kedua tangan dan kedua kaki (Dari yang diharamkan karenaku adalah sholat) Maksudnya ganjaran menjaga anggota badan dari yang diharamkan itu seperti ganjaran sholat (Dan keputusasaanmu) Maksudnya putusnya sifat tomamu (Dari Makhluk karenaku adalah shodaqoh) Maksudnya pahala memutus sifat toma dari adalah shodaqoh (Dan menahannya kamu dari menyakiti) Maksudnya menyalurkan perkara yang dibenci (Pada orang orang muslim karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah jihad) Maksudnya pahala menahan dari menyakiti pada orang-orang muslim itu seperti pahala jihad. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 13

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ ظُلْمَةِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ شَبْعَانٌ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ) بِأَنْ كَانَ الشِّبْعُ زَائِدًا عَنْ ثُلُثِ الْمَصَارِينَ الَّذِي هُوَ الشِّبْعُ الشَّرْعِيُّ (وَصُحْبَةُ الظَّالِمِينَ) أَيْ الْمُتَجَاوِزِينَ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (وَنِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَغْفُلَ عَنْهَا مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ (وَطُولُ الْأَمَلِ) وَهُوَ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُولُهُ.

Maqolah yang ke tiga belas (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu ia berkata: Empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab gelapnya hati: Perut yang kenyang dari selain kepedulian) Dengan adanya perut itu kenyang melebihi sepertiga usus yang merupakan kenyang menurut syara (Dan bergaul bersama orang-orang dzolim) Maksudnya orang-orang yang saling melewati batas dari batas kebenaran menuju batas kebatilan (Dan lupa dari dosa-dosa yang telah lalu) Dengan cara lupa dari dosa itu dengan tanpa penyesalan (Dan panjang angan-angan) Yaitu mengharapkan perkara yang mustahil hasilnya perkara itu.

وَعَنْ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَشَدَّ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ خِضْلَتَانِ: إِتْبَاعُ الْهَوَى وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا إتْبَاعُ الْهَوَى فَإِنَّهُ يَعْدِلُ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَالْحُبُّ لِلدُّنْيَا] رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا.

Diriwayatkan dari Ali Sesungguhnya Rasulallah ﷺ bersabda: [Sesungguhnya paling beratnya perkara yang aku khawatir menimpa kalian semua adalah dua perkara: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan angan. Adapun mengikuti hawa nafsu karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu itu bisa memalingkan seseorang dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan itu menjadi sebab cinta dunia] Telah meriwayatkan hadits ini Ibnu Abid-Dunia

(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ نُورِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ جَائِعٌ مِنْ حَذَرٍ) أَيْ لِأَجْلِ تَيَقُّظٍ وَتَأَهُّبٍ (وَصُحْبَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْخَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (وَحِفْظُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَتَذَكَّرَهَا مَعَ النَّدَمِ (وَقَصْرُ الْأَمَلِ) أَيْ حَبْسُهُ.

(Dan empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab terangnya hati: Perut yang lapar karena berhati-hati) Maksudnya karena arah kewaspadaan dan siap-siap (Dan bersahabat bersama orang-orang sholeh) Maksudnya mereka yang murni dari setiap kerusakan (Dan mengingat dari dosa yang telah berlalu) Dengan cara mengingat dosa itu disertai penyesalan (Dan memendekkan angan-angan) Maksudnya menahan dari berangan-angan.

قَالَ أَبُو الطَّيِّبِ: مَنْ جَلَسَ مَعَ ثَمَانِيَةِ أَصْنَافٍ زَادَهُ اللَّهُ ثَمَانِيَةَ أَشْيَاءَ: مَنْ جَلَسَ مَعَ الْأَغْنِيَاءِ زَادَهُ اللَّهُ حُبَّ الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِيْهَا، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُقَرَاءِ حَصَلَ لَهُ الشُّكْرُ وَالرِّضَا بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ السُّلْطَانِ زَادَهُ اللَّهُ الْقَسْوَةَ وَالْكِبْرَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ النِّسَاءِ زَادَهُ اللَّهُ الْجَهْلَ وَالشَّهْوَةَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصِّبْيَانِ ازْدَادَ مِنْ اللَّهْوِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُسَّاقِ ازْدَادَ مِنْ الْجَرَاءَةِ عَلَى الذُّنُوبِ وَتَسْوِيفِ التَّوْبَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصَّالِحِينَ ازْدَادَ رَغْبَةً فِي الطَّاعَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْعُلَمَاءِ ازْدَادَ مِنْ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ.

Telah berkata Abu Toyyib: Barang siapa yang duduk bersama delapan golongan maka pasti Allah akan menambah kepadanya delapan perkara: Barang siapa duduk bersama orang-orang kaya maka pasti Allah akan menambah kepadanya cinta dunia dan senang kepada dunia, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fakir maka akan hasil kepadanya rasa syukur dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala, Dan barang siapa duduk bersama sultan maka pasti Allah akan menambah kepadanya kerasnya hati dan sombong, dan barang siapa duduk bersama perempuan maka pasti Allah akan menambahkan kepadanya kebodohan dan syahwat, dan barang siapa duduk bersama anak-anak kecil maka bertambah kepadanya dari bermain-main, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fasik maka bertambah kepadanya dari berani melakukan pada dosa-dosa dan menunda-nunda taubat, dan barang siapa duduk bersama orang orang sholeh maka bertambah kepadanya rasa suka dalam ketaatan, dan barang siapa duduk bersama para ulama maka bertambah kepadanya dari ilmu dan amal

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ أَنَّهُ قَالَ: مَنِ ادَّعَى أَرْبَعَةً) مِنَ الصِّفَاتِ (بِلَا أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْأَدِلَّةِ (فَدَعْوَاهُ كَاذِبَةٌ) فَلَا تُقْبَلُ كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ: [مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ]

Maqolah yang ke empat belas (Dari Hatim Al-Ashom Rahmatullahi Alaihi sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengaku-ngaku atas empat) Dari sifat-sifat (Tanpa empat) Dari bukti-bukti (Maka pengakuan orang itu adalah dusta) Maka tidak diterima sebagaimana telah berkata sebagian ulama: [Dari Bahar Khofif] 

َ أَوْ تَكُنْ شَاعِرًا فَكُنْ كَابْنِ هَانِي * إِنْ تَكُنْ فَارِسًا فَكُنْ كَعَلِيٍّ
كَذَّبَتْهُ شَوَاهِدُ الْاِمْتِحَانِ * كُلُّ مَنْ يَدَّعِي بِمَا لَيْسَ فِيهِ
ًJika terbukti kamu seorang penunggang kuda maka maka jadilah kamu seperti sayyidina Ali * Atau jika kamu terbukti seorang penyair maka jadilah kamu seperti Ibnu Hani
Setiap orang yang mengaku-ngaku atas perkara yang tidak ada dalam dirinya * Maka akan mendustakan kepadanya bukti-bukti ujian

(مَنِ ادَّعَی حُبَّ اللَّهِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ تَعَالَى فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِجَرَاءَتِهِ عَلَى قُرْبِ حَمَاهُ تَعَالَى (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَرِهَ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِأَنَّهُمْ أَحْبَابُهُ ﷺ (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ الْجَنَّةِ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ) بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ (فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنِ ادَّعَی خَوْفَ النَّارِ وَلَمْ یَنْتَهِ عَنِ الذُّنُوبِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ.

(Barang siapa yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak menjauh dari larangan Allah Ta'ala maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena beraninya ia dalam mendekati batas larangan Allah (Dan barang siapa mengaku mencintai Nabi Alaihis Salam sedangkan ia benci kepada orang-orang fakir dan orang-orang miskin maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Nabi ﷺ (Dan barang siapa mengaku-ngaku cinta surga sedangkan ia tidak bersedekah) Atas perkara yang mudah baginya (Maka pengakuan orang itu adalah dusta, dan barang siapa mengaku-ngaku takut neraka sedangkan ia tidak menjauh dari perbuatan-perbuatan dosa maka pengakuan orang itu adalah dusta) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Telah di kelilingi neraka dengan syahwat dan telah dikelilingi surga dengan perkara-perkara yang dibenci] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Bukhori dan Imam Muslim Dari Abu Huroiroh.

وَهَذَا مِنْ جَوَامِعِ كَلِمِهِ ﷺ فِي ذَمِّ الشَّهَوَاتِ وَفِي الْحَضِّ عَلَى الطَّاعَاتِ، فَكَأَنَّهُ ﷺ قَالَ: لَا يُوصَلُ إِلَى الْجَنَّةِ إِلَّا بِارْتِكَابِ الْمَشَقَّاتِ وَلَا إِلَى النَّارِ إِلَّا بِتَعَاطِي الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ خَرَقَ الْحِجَابَ دَخَلَ.

Dan ini adalah sebagian dari jawami'ul kalim Nabi ﷺ Dalam mencela syahwat dan dalam mendorong kepada keta'atan. Seakan-akan Nabi ﷺ bersabda: Tidak akan bisa sampai ke dalam surga kecuali melakukan perkara-perkara yang sulit dan tidak akan sampai ke dalam neraka kecuali dengan menuruti syahwat. Barang siapa menembus hijab maka pasti ia akan masuk.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 15

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (نِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ عَلَيْهَا (وَهِيَ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهَا (عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظَةٌ) أَيْ مَضْبُوطَةٌ بِعَدَدِهَا وَزَمَانِهَا وَمَحَلِّهَا (وَذِكْرُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) بِالْقَلْبِ (وَلَا يَدْرِي أَقُبِلَتْ) أَيْ الْحَسَنَاتُ (أَمْ رُدَّتْ، وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَؤَّقَهُ فِي الدُّنْيَا) بِأَنْ طَمَحَ النَّظَرَ لَهَا وَلَمْ يَرْضَ بِالْقِسْمَةِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ الْعَمَلِ الصَّالِحِ وَلَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَلَى نِعَمِ عَمَلِ نَفْسِهِ (يَقُولُ اللَّهُ: أَرَذْتُهُ) بِمَعْنَى إيَّاهُ عَنِ الدُّنْيَا وَإِعَانَتِيْ إيَّاهُ عَلَى الطَّاعَةِ (وَلَمْ يُرِدْنِيْ) بِالرِّضَا وَالشُّكْرِ (فَتَرَكْتُهُ) بِتَرْكِ نُصْرَتِهِ (وَعَلَامَةُ السَّعَادَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنْ الْأُمُورِ (ذِكْرُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِالنَّدَمِ وَالِاسْتِغْفَارِ (وَنِسْيَانُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) كَأَنَّهَا لَمْ تَقَعْ مِنْهُ لِأَنَّهَا لَا تَخْلُوْ مِنَ الْعِلَلِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَوْقَهُ فِي الدِّيْنِ) فَيَقْتَدِي بِهِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدُّنْيَا) فَيَشْكُرُ اللَّهَ تَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.

Maqolah yang ke lima belas (Dari Nabi Alaihis Salam sesungguhnya Nabi bersabda: [Tanda-tandanya celaka itu ada empat) Dari perkara (Melupakan dosa yang telah berlalu) Dengan tanpa penyesalan atas dosa-dosanya (Sedangkan dosa itu) Maksudnya sedangkan keadaan sesungguhnya dosa itu (Di sisi Allah Ta'ala itu terjaga) Maksudnya dicatat dengan jumlahnya dan waktunya dan tempat dari dosa itu (Dan mengingat-ingat kebaikan yang telah lalu) Dengan hati (Sedangkan ia tidak tahu apakah diterima) Maksudnya kebaikan-kebaikan (Atau ditolak, dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan dunia) Dengan cara ia berhasrat melihat pada dunia dan ia tidak ridho atas bagian dari Allah (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan adama) Maksudnya amal sholeh dan ia tidak bersyukur kepada Allah atas kenikmatan amaliah dirinya sendiri (Allah berfirman: Aku menginginkan dia) Dengan ma'na kepadanya jauh dari dunia dan pertolonganku kepadanya dalam ketaatan (Sedangkan ia tidak menginginkan aku) Dengan ridho dan syukur (Maka aku meninggalkan dia) Dengan cara meninggalkan pertolongan padanya (Dan tanda-tanda kebahagiaan ada empat) Dari perkara-perkara (Mengingat dosa-dosa yang telah berlalu) Dengan penyesalan dan memohon ampunan (Dan melupakan kebaikan-kebaikan yang telah berlalu) Seakan-akan kebaikan-kebaikan itu tidak terjadi darinya karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu tidaklah kosong dari kekurangan (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan agama) kemudian ia mengikuti padanya (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan dunia) Kemudian ia bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat Allah Ta'ala kepadanya.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 16

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: أَنَّ شَعَائِرَ الْإِيمَانِ) أَيْ أَعْلَامُهُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَعْمَالِ (التَّقْوَى) وَهُوَ فِي الطَّاعَةِ يُرَادُ بِهِ الْإِخْلَاصُ، وَفِي الْمَعْصِيَةِ يُرَادُ بِهِ التَّرْكُ وَالْحَذَرُ. وَقِيلَ: هُوَ مُحَافَظَةُ آدَابِ الشَّرِيعَةِ، وَقِيلَ: هُوَ الْاِقْتِدَاءُ بِالنَّبِيِّ ﷺ قَوْلًا وَفِعْلًا (وَالْحَيَاءُ) وَهُوَ نَوْعَانِ: نَفْسَانِيٌّ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي النُّفُوسِ كُلِّهَا كَالْحَيَاءِ مِنْ كَشْفِ الْعَوْرَةِ وَالْجِمَاعِ بَيْنَ النَّاسِ، وَإِيمَانِي وَهُوَ أَنْ يَمْنَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَالشُّكْرِ) وَهُوَ الثَّنَاءُ عَلَى الْمُحْسِنِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ فَالْعَبْدُ يَشْكُرُ اللَّهَ أَيْ يُثْنِي عَلَيْهِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ الَّذِي هُوَ نِعْمَةٌ (وَالصَّبْرُ) وَهُوَ تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Sesungguhnya Syiar simbol-simbol iman) Maksudnya simbol-simbol iman (Itu ada empat) Dari amalan-amalan (Takwa) Takwa dalam keta'atan adalah yang dimaksud dengannya ikhlas dan dalam maksiat adalah yang dimaksud dengannya meninggalkan maksiat dan waspada. Dan dikatakan: Takwa adalah menjaga adab-adab syari'at, dan dikatakan: Takwa adalah mengikuti kepada Nabi ﷺ dalam ucapan dan perbuatan (Dan malu) Malu itu ada dua macam: Malu Nafsani. Malu Nafsani adalah sifat malu yang telah menciptakannya Allah Ta'ala dalam setiap jiwa seluruhnya seperi malu sebab terbukanya aurat dan berjima di hadapan manusia. Dan malu Imani. Malu Imani adalah yang mencegahnya seorang mu'min dari perbuatan maksiat karena takut kepada Allah Ta'ala (Dan syukur) Syukur adalah memuji-muji kepada orang yang memberikan kebaikan dengan cara menyebut kebaikan-kebaikannya. Seorang hamba itu bersyukur kepada Allah maksudnya ia memuji kepada Allah dengan menyebut kebaikan-kebaikan Allah yang kebaikan itu merupakan kenikmatan (Dan sabar) Sabar adalah meninggalkan mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah Ta'ala.

وَيَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَدْعُوَ بِدُعَاءِ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ ابْنِ حَبِيبٍ الَّذِي عَلَّمَهُ إِيَّاهُ سَيِّدُنَا الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عِنْدَ رُجُوعِهِ مِنَ الْأَرْضِ السُّفْلَى بِسَبَبِ أَخْذِ الْجِنِّ إِيَّاهُ إِلَى الْمَدِينَةِ الشَّرِيفَةِ وَهُوَ هَذَا: اَللَّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَاعْصِمْنَا مِنْ حَيْثُ نَهَيْتَنَا وَلَا تُحْوِجْنَا إِلَى مَنْ أَغْنَيْتَهُ عَنَّا وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَبِكَأْسِهِ فَاسْقِنَا وَمِنْ مَعَاصِيْكَ جَنِّبْنَا وَعَلَى التَّقْوَى أَمِّتْنَا وَلِلذِّكْرِ أَلْهِمْنَا وَمِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ فَاجْعَلْنَا وَأَسْعِدْنَا وَلَا تُشْقِنَا يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَرُوِيَ أَنَّهُ قُلْ قَالَ: [ذِرْوَةُ الْإِيمَانِ أَرْبَعُ خِلَالٍ: الصَّبْرُ لِلْحُكْمِ وَالرِّضَا بِالْقَدْرِ وَالْإِخْلَاصُ لِلتَّوَكُّلِ وَالْإِسْتِسْلَامُ لِلرَّبِّ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ.

Patut kepada kita supaya kita berdoa dengan doanya Tamim Ad-Dari bin Habib yang telah mengajarkan doa itu kepadanya Sayyiduna Khodir Alaihis Salam ketika pulangnya ia di bumi bawah sebab jin membawa dirinya menuju kota Madinah yang mulia. Doa itu adalah ini : Ya Allah semoga engkau memberikan sifat qona'ah kepada kami pada perkara yang telah engkau berikan rizki kepada kami dan semoga engkau menjaga kami dari sekiranya perkara yang telah engkau larang kepada kami dan janganlah enkau menjadikan butuh kami kepada orang yang telah engkau jadikan kaya kepadanya dari kami dan semoga engkau mengumpulkan kami pada golongan umat Nabi Muhammad ﷺ dan dengan gelasnya Nabi semoga engkau memberikan minum kami semua dan dari kemaksiatan-kemaksiatan kepadamu semoga engkau menjauhkan kami semua dan di atas taqwa semoga engkau mematikan kami semua dan karena dzikir semoga engkau mengilhamkan kepada kami semua dan dari golongan orang-orang yang akan mewarisi surga na'im semoga engkau menjadikannya kepada kami dan semoga engkau membahagiakan kami semua dan semoga engkau tidak mencelakakan kami semua wahai dzat yang mempunyai kemaha agungan dan kemaha muliaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Puncak iman itu ada empat perkara: Sabar kepada hukum Allah dan ridho kepada takdir dan ikhlas karena bertawakkal dan berserah diri kepada Allah ] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Nu'aim.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 17

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: اَلْأُمَّهَاتُ) أَيْ الْأُصُولُ (أَرْبَعٌ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (أُمُّ الْأَدْوِيَةِ) جَمْعُ دَوَاءٍ وَهُوَ مَا يُتَدَاوَى بِهِ (وَأُمُّ الْآدَابِ) وَهِيَ مَعْرِفَةُ مَا يُحْتَرَزُ بِهِ عَنْ جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ) وَهِيَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيمًا لِرَبِّهِ (وَأُمُّ الْأَمَانِي) جَمْعُ أُمْنِيَّةٍ وَهُوَ تَقْدِيرُ حُصُولِ شَيْءٍ مُمْتَنِعٍ أَوْ مُمْكِنٍ (فَأُمُّ الْأَدْوِيَةِ قِلَّةُ الْأَكْلِ) فَإِنَّ الْاِحْتِمَاءَ مِنْ أَكْلِ مَا يَضُرُّ خَيْرٌ مِنَ الْأَدْوِيَةِ لِكُلِّ دَاءٍ (وَأُمُّ الْآدَابِ قِلَّةُ الْكَلَامِ) فَكَثْرَةُ الْكَلَامِ تُنْفِي الْأَدَبَ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ قِلَّةُ الذُّنُوبِ) فَالذُّنُوبُ تُنْفِي الْعِبَادَةَ الَّتِي هِيَ تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى (وَأُمُّ الْأَمَانِي الصَّبْرُ) وَهُوَ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ، فَالصَّبْرُ أَمَرُّ مِنَ الصِّبْرِ. وَيُقَالُ: بِالصَّبْرِ تَنَالُ مَا تُرِيدُ وَبِالتَّقْوَى يَلِيْنُ لَكَ الْحَدِيدُ.

Maqolah yang ke tujuh belas (Dari Nabi ﷺ Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: Induk-induk) Maksudnya pokok-pokok (Itu ada empat) Dari perkara-perkara (Induknya obat-obatan) Lafadz الْأَدْوِيَةُ adalah jamak dari lafadz دَوَاءٌ yaitu perkara yang menjadi obat dengannya (Dan induk adab) Adab adalah mengetahui perkara yang bisa dihindari atas perkara itu dari semua macam-macam kesalahan (Dan induk ibadah) Ibadah adalah pekerjaan seorang mukallaf dalam menyelisihi hawa nafsunya sendiri karena mengagungkan kepada tuhannya (Dan induk angan-angan) Lafadzالْأَمَانِي adalah jamak dari lafadz أُمْنِيَّةٌ yaitu mengharapkan hasilnya suatu perkara yang mustahil atau yang mungkin (Maka induknya obat-obatan adalah sedikitnya makan) Karena sesungguhnya menjaga dari memakan suatu perkara yang memadharatkan itu lebih baik dibandingkan obat-obatan untuk setiap penyakit (Dan induknya adab adalah sedikitnya berbicara) Karena banyaknya berbicara itu dapat menghilangkan tata krama (Dan induknya ibadah adalah sedikitnya dosa-dosa) Karena dosa-dosa itu dapat menghilangkan ibadah yang sejatinya ibadah itu mengagungkan Allah Ta'ala (Dan induknya angan-angan adalah sabar) Sabar adalah menahan diri dari kegelisahan, karena sabar itu lebih pahit dibandingkan buah mahoni, dan dikatakan: Dengan sabar engkau bisa memperoleh perkara yang engkau mau dan dengan takwa akan menjadi lunak kepadamu besi.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 18

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: أَرْبَعَةُ جَوَاهِرَ) وَهِيَ لِبَاسُ الطَّبِيعَةِ (فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيلُهَاأَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُومَةِ (أَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ) وَهُوَ جَوْهَرٌ رُوحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى مُتَعَلِّقًا بِبَدَنِ الْإِنْسَانِ (وَالدِّينُ) وَهُوَ مَا يَدْعُو أَصْحَابُ الْعُقُولِ إِلَى قَبُولِ مَا هُوَ مِنَ الرّسُولِ ﷺ (وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ) أَيْ الْخَالِصُ (فَالْغَضَبُ يُزِيلُ الْعَقْلَ) وَهُوَ نُورٌ فِي الْقَلْبِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ.

Maqolah yang ke delapan belas (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: Empat perhiasan) Yaitu pakaian alami (Di dalam diri anak Adam yang bisa menghilangkan kepadanya empat perkara) Dari sifat-sifat yang tercela (Adapun perhiasan-perhiasan itu adalah akal) Akal adalah permata ruhani yang telah menciptakannya Allah Ta'ala berhubungan dengan badan manusia (Dan agama) Agama adalah perkara yang menyeru orang-orang yang memiliki akal untuk menerima perkara yang perkara itu berasal dari Rasul ﷺ (Dan malu dan amal sholeh) Maksudnya yang murni (Maka marah itu dapat menghilangkan akal) Akal adalah cahaya dalam hati yang bisa diketahui dengannya kebenaran dan kebatilan.

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مُعَاوِيَةُ إِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَإِنَّ الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْإِيمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wahai mu'awiyah waspadalah kamu terhadap sifat marah karena sesungguhnya marah itu dapat merusak keimanan sebagaimana dapat merusak buah mahoni pada madu] telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi

(وَالْحَسَدُ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ الْغَيْرِ (يُزِيلُ الدِّينَ) أَيْ الشَّرِيعَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ] رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ. قَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْمُتَقَارِبِ]

(Dan sifat hasud) Hasud adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang lain (Itu dapat menghilangkan agama) Maksudnya syari'at. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Waspadalah kalian terhadap sifat hasud karena sesungguhnya hasud itu dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana bisa memakan api pada kayu bakar] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Abu Daud. Telah berkata seorang penyair: [Dari Bahar Mutaqorrib] 

أَتَدْرِي عَلَى مَنْ أَسَأْتَ الْأَدَبَ * أَلَا قُلْ لِمَنْ بَاتَ لِي حَاسِدًا
إِذَا أَنْتَ لَمْ تَرْضَ لِي مَا وَهَبَ * أَسَأْتَ عَلَى اللَّهِ فِي فِعْلِهِ
وَسَدَّ عَلَيْكَ وُجُوهَ الطَّلَبِ * فَجَازَاكَ رَبِّي بِأَنْ زَادَنِي
Ingat ucapkanlah kepada orang yang bersifat dirinya kepadaku hasud * Apakah kamu tahu kepada siapa kamu bersu'ul adab
Engkau telah berbuat buruk kepada Allah dalam keputusan Allah * Ketika kamu tidak ridho kepadaku atas perkara yang telah Allah berikan
Maka membalas kepadamu tuhanku dengan menambahkan kenikmatan kepadaku * Dan Allah menutup atasmu segala bentuk permintaan

(وَالطَّمَعُ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِي الشَّيْءِ (يُزِيلُ الْحَيَاءَ، وَالْغِيبَةُ تُزِيلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ) وَالْغِيبَةُ بِكَسْرِ الْغَيْنِ أَنْ يَذْكُرَ الشَّخْصُ مَسَاوِيَ الْإِنْسَانِ فِي غَيْبَتِهِ وَهِيَ فِيهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيْهِ فَهِيَ بُهْتَانٌ وَإِنْ وَاجَهَهُ بِهَا فَھوَ شَتْمٌ.

(Dan sifat thoma) Maksudnya ingin pada sesuatu (Itu dapat menghilangkan rasa malu, dan ghibah itu dapat menghilangkan amal sholeh) Lafadz الْغِيبَةُ dengan mengkasrohkan huruf ghin adalah menyebutkan oleh seseorang pada keburukan manusia disaat manusia tersebut tidak ada sedangkan keburukan itu memang ada pada diri manusia tersebut dan jika tidak ada keburukan itu dalam diri manusia tersebut maka menyebutkan keburukan manusia itu adalah fitnah dan jika berhadapan langsung dengan manusia tersebut dengan menyebut keburukannya maka itu adalah mencaci maki.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 19

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ أَنَّهُ قَالَ: [أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) نَفْسِهَا (الْخُلُودُ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) أَيْ إطَالَةُ الْإِقَامَةِ فِي الْجَنَّةِ أَنْعَمُ لِأَهْلِهَا مِنْ وُجُودِ نَفْسِ الْجَنَّةِ (وَخِذْمَةُ الْمَلَائِكَةِ فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) فَخِدْمَةُ الْمَلَائِكَةِ تَدُلُّ عَلَى زِيَادَةِ ارْتِفَاعِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (وَجِوَارُ الْأَنْبِيَاءِ) بِكَسْرِ الْجِيمِ وَضَمِّهَا مِنْ قُرْبِهِمْ (فِي الْجَنَّةِ) لِأَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَحَسُنَ أُوْلّئِكَ رَفِيْقًا [النِّسَاءُ: الْآيَةَ ٦٩]، (وَرِضَا اللَّهِ تَعَالَى فِي الْجَنَّةِ) عَنْ أَهْلِهَا (خَيْرٌ مِنَ الْجَنَّةِ) لِأَنَّ رِضْوَانَ اللَّهِ تَعَالَى أَكْبَرُ مِنْ جَمِيعِ النِّعَمِ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Nabi sesungguhnya Nabi bersabda: Empat) Dari perkara (Di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Dzatnya Surga (Kekal di dalam surga itu lebih baik daripada surga) Maksudnya lama tinggal di dalam surga itu lebih nikmat bagi penduduk surga daripada keberadaan surga itu sendiri (Dan berkhidmatnya para malaikat di dalam surga) Kepada penduduk surga (Itu lebih baik daripada surga) Maka berkhidmahnya para malaikat itu menujukkan atas lebih tingginya derajat penduduk surga (Dan bertetangga dengan para Nabi) Ladadz جِوَارُ dengan mengkasrohkan huruf jim atau mendhommahkannya karena dekat dengan mereka (Di dalam surga) Bagi penduduk surga (Itu lebih baik daripada surga) Telah berfirman Allah Ta'ala: ﴾Dan sebaik-baiknya para nabi itu sebagai teman﴿ [An-Nisa: Ayat 69] (Dan ridho Allah Ta'ala di dalam surga) Pada penduduka surga (Itu lebih baik daripada surga) Karena sesungguhnya ridho allah Ta'ala itu lebih besar daripada seluruh jenis kenikmatan.

(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) نَفْسِهَا (اَلْخُلُودُ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) أَيْ طُولُ الْإِقَامَةِ فِيهَا أَشَدُّ عَلَى أَهْلِهَا مِنْ دُخُولِهَا (وَتَوْبِيْخُ الْمَلَائِكَةِ الْكُفَّارَ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) فَالتَّوْبِيخُ التَّعْيِيرُ وَالتَّعْنِيفُ وَالتَّهْدِيدُ (وَجِوَارُ الشَّيْطَانِ فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ) فَالشَّيْطَانُ قَرِينُ أَهْلِهَا فِي سِلْسِلَةٍ وَاحِدَةٍ (وَغَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ]) وَأَهْلُ اللَّهِ تَعَالَى لَا يُبَالُونَ مِنْ دُخُولِ النَّارِ إذَا حَصَلَ لَهُمُ الرِّضْوَانُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْحَيَّاتُ وَالْعَقَارِبُ فِي النَّارِ لَا تَتَأَلَّمُ بِهَا لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَضِيَ عَنْهَا فِي دُخُولِهَا النَّارَ.

(Dan empat) Dari perkara (Di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka) Dzatnya neraka (Kekal di dalam neraka) Maksudnya lama tinggal di dalam neraka itu lebih buruk atas penduduk neraka daripada masuk ke dalam neraka (Dan menegurnya para malaikat kepada orang kafir di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka) Taubikh adalah mengibaratkan dan menegur dan menggertak (Dan bertetangga dengan setan di neraka itu lebih buruk daripada neraka) Maka setan itu mendampingi ahli neraka dalam rantai yang satu (Dan murka Allah Ta'ala di dalam neraka itu lebih buruk daripada neraka]) Dan para wali Allah Ta'ala itu mereka tidak perduli masuk neraka ketika hasil kepada mereka ridho dari Allah Ta'ala. Maka ular-ular dan kalajengking-kalajengking di dalam neraka itu tidak merasa sakit sebab neraka karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah ridho kepada mereka dalam masuknya mereka ke dalam neraka.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 20

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ حِينَ سُئِلَ كَيْفَ أَنْتَ) أَيْ عَلَى أَيِّ حَالٍ أَنْتَ (فَقَالَ: أَنَا مَعَ الْمَوْلَى) أَيْ الْمُتَوَلِّي لِأُمُورِنَا (عَلَى الْمُوَافَقَةِ) لِأَوَامِرِهِ (وَمَعَ النَّفْسِ عَلَى الْمُخَالَفَةِ) لِمُرَادَاتِهَا (وَمَعَ الْخَلْقِ عَلَى النَّصِيحَةِ) وَهِيَ الدُّعَاءُ إِلَى مَا فِيهِ الصَّلَاحُ وَالنَّهْيُ عَمَّا فِيهِ الْفَسَادُ (وَمَعَ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعِهَا (عَلَى الضَّرُورَةِ) أَيْ الْحَاجَةِ اللَّازِمَةِ الَّتِي لَا مَدْفَعَ لَهَا.

Maqolah yang ke dua puluh (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana ketika ditanya bagaimana kamu) Maksudnya dalam kondisi apa kamu (Kemudian ia menjawab: Aku bersama tuhan) Maksudnya dzat yang mengatur urusan kita (Dalam keserasian) pada perintah-perintah tuhan (Dan bersama nafsu dalam keadaan menyelisihi) pada yang di inginkan nafsu (Dan bersama makhluk dalam nasihat) Nasihat adalah mengajak kepada perkara yang didalamnya ada kemaslahatan dan mencegah dari perkara yang di dalamnya ada kerusakan (Dan bersama dunia) Maksudnya kesenangan dunia (Dalam kedaruratan)  Maksudnya kebutuhan yang pasti yang tidak bisa ditolak pada kebutuhan itu.

[nextpage]

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (اِخْتَارَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ أَرْبَعَ جُمَلٍ (مِنْ أَرْبَعَةِ كُتُبٍ) سَمَاوِيَّةٍ (مِنَ التَّوْرَاةِ: مَنْ رَضِيَ بِمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى) مِنَ الرِّزْقِ (اسْتَرَاحَ) أَيْ صَارَ تَعَبُهُ ذَاهِبًا (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ الْإِنْجِيلِ: مَنْ هَدَمَ الشَّهَوَاتِ) أَيْ مَنْ تَرَكَ مُشْتَاقَاتِ النَّفْسِ (عَزَّ) أَيْ صَارَ قَوِيًّا (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمِنَ الزَّبُورِ: مَنْ تَفَرَّدَ) بِنَفْسِهِ وَبِمَالِهِ (عَنِ النَّاسِ نَجَا) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْهَلَاكِ وَبَعُدَ عَنْهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (وَمِنَ الْفُرْقَانِ: مَنْ حَفِظَ اللِّسَانِ) مِمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمِمَّا لَا يُعْتَدُّ بِهِ (سَلِمَ) أَيْ خَلَصَ مِنَ الْآفَاتِ (فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ).

Maqolah yang ke dua puluh satu (Telah memilih sebagian orang-orang yang bijaksana pada empat kalimat) Maksudnya pada empat jumlah (Dari empat kitab-kitab) Samawi (Dari kitab Taurat: Barang siapa yang ridho atas perkara yang telah memberikan kepadanya Allah Ta'ala) Dari rizqi (Maka menjadi tenang) Maksudnya jadi rasa lelahnya orang itu menghilang (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab Injil: Barang siapa yang menghancurkan syahwat-syahwatnya) Maksudnya barang siapa yang meninggalkan perkara yang diinginkan nafsu (Maka mulia) Maksudnya ia menjadi kuat (Di dunia dan di akhirat. Dan dari kitab zabur: Barang siapa yang menyendiri) dengan dirinya dan dengan hartanya (Dari manusia maka ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan dan ia jauh dari kerusakan itu di dunia dan di akhirat (Dan dari Al-Furqon: Barang siapa yang menjaga pada lisan) Dari perkara yang tidak ada faedah di dalamnya dan dari perkara yang tidak di anggap dengannya (Maka ia selamat) Maksudnya ia selamat dari kerusakan-kerusakan (Di dunia dan di akhirat)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى حِفْظُ اللِّسَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الْعَافِيَةُ عَشَرَةُ أَجْزَاءٍ: تِسْعَةٌ فِي الصَّمْتِ وَالْعَاشِرَةُ فِي الْعُزْلَةِ عَنِ النَّاسِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah menjaga lidah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Keselamatan itu ada 10 bagian yang kesembilan itu dalam diam dan kesepuluh itu dalam menyendiri dari manusia] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailimi.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَاللَّهِ مَا ابْتُلِيْتُ بِبَلِيَّةٍ إِلَّا وَكَانَ لِلَّهِ عَلَيَّ فِيهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ (أَرْبَعُ نِعَمٍ، أَوَّلُهَا: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةُ (فِي دِيْنِي) فَإِنَّ الِامْتِحَانَ فِي الدِّينِ أَعْظَمُ مِنَ الْاِمْتِحَانِ فِي الْبَدَنِ وَالْمَالِ (وَالثَّانِي: إِذْ لَمْ تَكُنْ) أَيْ الْبَلِيَّةُ (أَعْظَمَ مِنْهَا) أَيْ مِنْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ الَّتِي أَصَابَتْنِي (وَالثَّالِثُ: إِذْ لَمْ تَكُنْ مُحَرَّمَ الرِّضَا) أَيْ مَمْنُوعَ الرِّضَا (بِهَا) أَيْ بِتِلْكَ الْبَلِيَّةِ (وَالرَّابِعُ: أَنِّيْ أَرْجُو الثَّوَابَ عَلَيْهَا) أَيْ تِلْكَ الْبَلِيَّةِ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Demi Allah tidaklah aku diuji dengan musibah kecuali pasti ada milik Allah atas ku di dalam musibah itu) Maksudnya musibah itu (Empat kenikmatan, yang pertama dari empat kenikmatan: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya musibah itu (Dalam masalah agama) Karena sesungguhnya ujian dalam masalah agama itu lebih besar daripada ujian dalam masalah badan dan masalah harta (Dan yang kedua: Adalah ketika tidak ada) Maksudnya musibah (Yang lebih besar darinya) Maksudnya dari musibah itu yang menimpa kepadaku (Dan yang ketiga: Adalah ketika tidak ada musibah itu yang menghalangi dari keridhoan) Maksudnya yang terhalang dari keridhoan (Dengannya) Maksudnya dengan balai itu (Dan yang ke empat: Adalah sesungguhnya aku mengharapkan pahala atasnya) Maksudnya musibah itu.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ رَجُلًا حَكِيمًا) وَهُوَ مَنْ يَعْرِفُ الْأُمُورَ (جَمَعَ الْأَحَادِيثَ فَاخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَحَادِيثِ الْمَجْمُوعَةِ (أَرْبَعِينَ أَلْفًا) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُنْتَقَاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ أَلْفًا (أَرْبَعَةَ آلَافٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُصَفَّاةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعَةِ آلَافٍ (أَرْبَعَمِائَةٍ) مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُسْتَخْرَجَةِ (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِمِائَةِ (أَرْبَعِينَ) حَدِيثًا مُبَجَّلًا (ثُمَّ اخْتَارَ مِنْهَا) أَيْ الْأَرْبَعِينَ (أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ) أَيْ أَرْبَعَ جُمَلٍ مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُسْتَخْلَصَةِ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dari Abdullah bin Mubarok) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya ia berkata: Sesungguhnya ada seorang lelaki yang ahli hikmah) Ahli hikamah adalah orang yang mengetahui berbagai perkara (Itu mengumpulkan hadits-hadits kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari hadits-hadits yang dikumpulkan (Empat puluh ribu) Dari hadits-hadits yang dipilih (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat puluh ribu (Empat ribu) Dari hadits-hadits yang disaring (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat ribu (Empat ratus) Dari hadits-hadits yang dikeluarkan (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat ratus (Empat puluh) Hadits yang dimuliakan (Kemudian ia memilih darinya) Maksudnya dari empat puluh (Empat kalimat) Maksudnya empat jumlah dari hadits-hadits yang dirangkum.

(إِحْدَاهُنَّ: لَا تَثِقَنَّ بِامْرَأَةٍ) أَيْ لَا تَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا وَلَا تَأْتَمِنَّهَا (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ لِلرَّجُلِ مِنَ الْغَيْرَةِ أَيْ كَرَاهَةِ شَرِكَةِ الْغَيْرِ فِي حَقِّهِ.

(Salah satu dari empat kalimat itu: Adalah janganlah kamu percaya pada seorang wanita) Maksudnya janganlah kamu tenang kepada seorang wanita dan janganlah kamu mengamanatkan kepada seorang wanita (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak boleh tidak untuk seorang lelaki dari rasa cemburu maksudnya tidak ingin disertai oleh orang lain dalam haknya.

(وَالثَّانِيَةُ: لَا تَغْتَرَّنَّ بِالْمَالِ) أَيْ لَا تَظُنَّ الْأَمْنَ مِنَ الْهَلَاكِ بِسَبَبِ الْمَالِ فَلَمْ تَحْفَظْ الْأُمُورَ وَلَا تَكُنْ مَخْدُوعًا بِكَثْرَةِ الْمَالِ (عَلَى كُلِّ حَالٍ) بَلْ لَا بُدَّ مِنَ الِاحْتِيَاطِ وَمِنْ تَذَكُّرِ الْآخِرَةَ.

(Dan yang kedua: Adalah janganlah kamu teripu dengan harta) Maksudnya janganlah kamu merasa aman dari kebinasaan sebab harta kemudian kamu tidak menjaga pada urusan-urusan dan janganlah kamu menjadi orang yang tertipu sebab banyak harta (Dalam setiap keadaan) Bahkan tidak boleh tidak dari berhati-hati dan dari mengingat akhirat.

(وَالثَّالِثَةُ: لَا تُحَمِّلْ مَعِدَتَكَ مَا لَا تُطِيقُهُ) قَالَ ﷺ: [أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ الْبَرَدَةُ] رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ عَنْ أَنَسٍ وَابْنِ السُّنِّيِّ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ عَلِيٍّ وَعَنِ ابْنِ سَعِيدٍ وَعَنِ الزُّهْرِيِّ، أَيْ أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ مُتَعَلِّقٌ بِالْمَعِدَةِ التُّخْمَةُ وَهِيَ إِدْخَالُ الطَّعَامِ عَلَى الطَّعَامِ وَكَذَا شُرْبُ الْمَاءِ عَقِبَ الطَّعَامِ أَوْ بَيْنَ الطَّعَامَيْنِ قَبْلَ هَضْمِ الْأَوَّلِ.

(Dan yang ke tiga: Adalah janganlah kamu membebani perutmu dengan makanan yang tidak mampu menanggungnya) Telah bersabda ﷺ: [Pangkal setiap penyakit adalah terlalu kenyang] Telah merwayatkan hadits ini Imam Ad-Daruqutni dari Anas dan Ibnu Sunni dan Abu Nuaim dari Ali dan dai Ibnu Sa'id dan dari Zuhri. Maksudnya pangkal setiap penyakit yang berhubungan dengan pencernaan adalah kenyang yaitu memasukkan makanan di atas makanan dan begitu juga meminum air setelah makan atau meminum air di antara dua kali makan sebelum dicerna makanan yang pertama.

(وَالرَّابِعَةُ: لَا تَجْمَعْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَا يَنْفَعُكَ) قَالَ رَجُلٌ لِأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَأَخَافَ أَنْ أُضَيِّعَهُ، فَقَالَ: كَفَى بِتَرْكِكَ لِلْعِلْمِ إِضَاعَةً. وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مِنْ مَكَايِدِ الشَّيْطَانِ تَرْكُ الْعَمَلِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَقُولَ النَّاسُ إِنَّهُ لَمُرَاءٍ لِأَنَّ تَطْهِيرَ الْعَمَلِ مِنْ نَزَعَاتِ الشَّيْطَانِ بِالْكُلِّيَّةِ مُتَعَذِّرٌ، فَلَوْ وَقَّفْنَا الْعِبَادَةَ عَلَى الْكَمَالِ لَتَعَذَّرَ الِاشْتِغَالُ بِشَيْءٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ وَذَلِكَ يُوجِبُ الْبَطَالَةَ الَّتِي هِيَ أَقْصَى غَرَضِ الشَّيْطَانِ، وَلِذَا قَالَ بَعْضُهُمْ: سِيرُوا إِلَى اللَّهِ عُرْجًا وَمَكَاسِیْرَ.

(Dan yang ke empat: Adalah janganlah kamu mengumpulkan ilmu yang tida bermanfaat padamu) Telah berkata seorang lelaki kepada Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya aku ingin mencari ilmu dan aku takut menyia-nyiakan ilmu kemudian Abu Huroiroh berkata: Cukuplah dengan meninggalkannya kamu pada ilmu menjadi sia-sia. Telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anu: Sebagian dari tipu daya setan adalah meninggalkan amal karena taku berkata para manusia sungguh orang itu benar-benar ria karena sesungguhnya mensucikan amal-amal dari godaan setan secara keseluruhan itu sulit. Andai kita mengsyaratkan pada ibadah atas kesempurnaan maka pasti kesulitan menyibukkan satu perkara dari ibadah dan hal itu bisa mengakibatkan bermalas-malasan yang bermalas malasan itu adalah puncak dari tujuan setan. Karena itu berkata sebagian ulama: Berjalanlah kalaian menuju Allah sambil terpincang-pincang dan patah.

وَقَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ عَظَمَتْ قِيمَتُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْفِقْهَ نَبُلَ قَدْرُهُ، وَمَنْ كَتَبَ الْحَدِيثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْحِسَابَ جَزُلَ رَأْيُهُ، وَمَنْ تَعَلَّمَ الْعَرَبِيَّةَ رَقَّ طَبْعُهُ، وَمَنْ لَمْ يَصُنْ نَفْسَهُ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ اهُ.

Dan telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu: Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur'an maka pasti agung nilainya dan barang siapa yang mempelajari ilmu fekih maka pasti mulia kedudukannya dan barang siapa yang menulis hadits maka pasti kuat hujjahnya orang itu dan barang siapa mempelajari ilmu hisab maka pasti banyak idenya dan barang siapa yang mempelajari bahasa Arab maka pasti menjadi lemah lembut sifatnya dan barang siapa yang tidak menjaga dirinya sendiri maka pasti tidak bermanfaat padanya ilmunya. Sampai sini perkataan Imam Syafi'i berakhir.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 24

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَسَيِّدًا وَحَصُورًا﴾ [آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ ٣٩]) أَيْ لَا يَرْغَبُ فِي النِّسَاءِ لَا لِعَجْزٍ بَلْ لِمَنْعِ الشَّهْوَةِ فَقَطْ (﴿وَنَبِيًا مِنَ الصَلِحِينَ﴾ [آلِ عِمْرَانَ: الْآيَةَ ٣٩]) قَالَ - أَيْ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ -: (ذَكَرَ اللَّهُ) سَيِّدَنَا (يَحْيَى) عَلَيْهِ السَّلَامُ (سَيِّدًا وَهُوَ عَبْدُهُ) تَعَالَى (لِأَنَّهُ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ غَالِبًا عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: عَلَى الْهَوَى وَعَلَى إِبْلِيسَ وَعَلَى اللِّسَانِ وَعَلَى الْغَضَبِ).

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari Muhammad bin Ahmad Rahimahullah dalam menafsirkan firman Allah Azza Wajalla: ﴾Sebagai sayid dan sebagai orang yang menahan diri﴿ [Ali Imran: Ayat 39]) Maksudnya Nabi Yahya tidak memiliki hasrat terhadap wanita, bukan karena ketidakmampuannya, tetapi untuk mencegah syahwat saja (﴾Dan sebagai Nabi dari golongan orang-orang sholeh﴿ [Ali Imran: Ayat 39]) Telah berkata-Maksudnya Syeikh Muhammad-: (Telah menyebutkan Allah) kepada  tuan kita (Nabi Yahya) Alaihis Salam (Sebagai Sayid sedangkan Nabi Yahya adalah hamba Allah) Ta'ala (Karena sesungguhnya Nabi Yahya) Alaihis Salam (Terbukti menang atas empat perkara: Menang atas hawa nafsu dan menang atas Iblis dan menang atas lisan dan menang atas emosi).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (لَا يَزَالُ الدِّينُ وَالدُّنْيَا قَائِمَيْنِ) أَيْ ظَاهِرَيْنِ (مَا دَامَتْ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) فَمَا مَصْدَرِيَّةٌ ظَرْفِيَّةٌ، وَدَامَ تَامٌّ بِمَعْنَى بَقِيَ (مَا دَامَ الْأَغْنِيَاءُ لَا يَبْخَلُونَ بِمَا خُوِّلُوْا) بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُولِ أَيْ لَا يَمْنَعُونَ مِنْ إِعْطَاءِ السَّائِلِ مِمَّا أَعْطَاهُمْ اللَّهُ تَعَالَى وَلَا يَمْنَعُونَ الْوَاجِبَ عَلَيْهِمْ (وَمَا دَامَ الْعُلَمَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا عَلِمُوا) مِنَ الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ (وَمَا دَامَ الْجُهَلَاءُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَمَّا لَمْ يَعْلَمُوا) أَيْ لَا يُعْرِضُونَ وَلَا يَمْتَنِعُونَ مِنْ تَعَلُّمِ مَا لَمْ يَعْلَمُوا (وَمَا دَامَ الْفُقَرَاءُ لَا يَبِيعُونَ آخِرَتَهُمْ بِدُنْيَاهُمْ) أَيْ مَا دَامُوا لَا يَتْرُكُونَ الدِّينَ بِأَخْذِ الدُّنْيَا.

Maqolah yang ke dua puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Tidak akan berhenti agama dan dunia yang tegak keduanya) Maksudnya yang nampak keduanya (Selagi masih langgeng empat perkara) Lafadz مَا pada lafadz مَا دَامَتْ adalah مَا masdariyah dhorfiyah dan lafadz دَامَ adalah tam dengan ma'na langgeng (Selagi masih langgeng orang-orang kaya itu mereka tidak pelit atas perkara yang di amanatkan kepada mereka) Lafadz خُوِّلُوْا dengan bina majhul maksudnya mereka tidak menahan dari memberi kepada orang yang meminta dari perkara yang telah memberikan kepada mereka oleh Allah Ta'ala dan mereka tidak menahan pada kewajiban atas mereka (Dan selagi masih langgeng para ulama itu mereka mengamalkan pada perkara yang mereka tahu) Dari perintah dan larangan (Dan selagi masih langgeng orang-orang bodoh itu mereka tidak sombong tentang perkara yang mereka tidak tahu) Maksudnya mereka tidak menolak dan mereka tidak menahan diri dari mempelajari perkara yang tidak mereka ketahui (Dan selagi masih langgeng orang-orang fakir itu mereka tidak menjual pada akhirat mereka dengan dunia mereka) Maksudnya selagi masih langgeng orang-orang fakir itu mereka tidak meninggalkan agama dengan mengambil dunia.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 26

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَحْتَجُّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَرْبَعَةِ أَنْفُسٍ) أَيْ أَشْخَاصٍ (عَلَى أَرْبَعَةِ أَجْنَاسٍ مِنَ النَّاسِ) فَيَحْتَجُّ اللَّهُ الْعَظِيمُ (عَلَى الْأَغْنِيَاءِ بِسُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ) عَلَيْهِمَا السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِالْأَمْوَالِ وَبِالْمَمْلَكَةِ قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: فَأَيُّ مَمْلَكَةٍ أَكْبَرُ مِنْ مَمْلَكَةِ سُلَيْمَانَ وَأَيُّ مَالٍ أَكْثَرُ مِنْ مَالِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

Maqolah yang ke dua puluh enam (Dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala itu berhujjah pada hari kiamat dengan empat orang) Maksudnya individu (kepada empat kelompok dari manusia) Maka berhujjah Allah yang maha agung (Kepada orang-orang kaya dengan Nabi Sulaiman bin Daud) Alaihimas Salam seperti Allah berfirman kepada orang-orang kaya: kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: Kami disibukkan dengan harta-harta dan kerajaan maka Allah berfirman kepada mereka: kerajaan manakah yang lebih besar daripada kerajaan Sulaiman dan harta manakah yang lebih banyak daripada hartanya Sulaiman dan Sulaiman itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْعَبِيدِ بِيُوسُفَ) كَأَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِخِدْمَةِ سَادَاتِنَا، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي يُوسُفُ تَحْتَ عَزِيزِ مِصْرَ وَامْرَأَتِهِ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada para hamba sahaya dengan Nabi Yusuf) Seperti Allah berfirman kepada para hamba sahaya: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan berkhidmah kepada tuan-tuan kami, maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Yusuf itu ada di bawah kekuasaan raja mesir dan istrinya raja mesir dan Yusuf itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْمَرْضَى بِأَيُّوبَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ كَأَنْ يَقُولَ اللَّهُ لَهُمْ: لِمَ تَرَكْتُمَ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوْا: نَحْنُ مَرْضَى، قَالَ اللَّهُ لَهُمْ: عَبْدِي أَيُّوبُ مَرِضَ مَرَضًاً شَدِيدًاً وَهُوَ لَمْ يَتْرُكْ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada orang sakit dengan Nabi Ayyub) Alaihis Salam Seperti Allah berfirman kepada orang-orang sakit: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami sakit, maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Ayyub itu sakit dengan penyakit yang sangat berat dan Ayyub itu tidak meninggalkan ibadah.

(وَ) يَحْتَجُّ اللَّهُ تَعَالَى (عَلَى الْفُقَرَاءِ بِعِيسَى]) كَأَنْ يَقُولَ اللَّهُ لَھُمْ: لِمَ تَرَکْتُمُ الْعِبَادَةَ، فَإِنْ قَالُوْا: نَحْنُ مَشْغُولُونَ بِمَشَقَّةِ الْفَقْرِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُمْ: عَبْدِي عِيسَى أَفْقَرُ مَنْ فِي الْأَرْضِ وَهُوَ لَمْ يَمْلِكْ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا فَلَيْسَ لَهُ بَيْتٌ وَلَا مَالٌ وَلَا زَوْجَةٌ وَهُوَ لَمْ يَتْرُكِ الْعِبَادَةَ.

(Dan) Berhujjah Allah Ta'ala (Kepada orang-orang fakir dengan Nabi Isa]) Seperti Allah berfirman kepada orang-orang fakir: Kenapa kalian meninggalkan ibadah. Jika mereka berkata: kami disibukkan dengan beratnya menanggung kemiskinan , maka Allah berfirman kepada mereka: Hambaku Isa adalah sefakir-fakirnya orang yang ada di atas bumi dan Isa itu tidak memiliki apapun dari dunia dan tidak ada baginya rumah dan tidak ada baginya harta dan tidak ada baginya istri dan Isa itu tidak meninggalkan ibadah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 27

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ سَعْدِ بْنِ هِلَالٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ) أَيْ صَارَ ذَا ذَنْبٍ (مَنَّ اللَّهُ تَعَالَى) أَيْ أَنْعَمَ (عَلَيْهِ بِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لَا يَحْجُبُ عَنْهُ الرِّزْقَ) أَيْ لَا يَمْنَعُهُ مِنَ الرِّزْقِ (وَلَا يَحْجُبُ عَنْهُ الصِّحَّةَ) أَيْ لَا يَمْنَعُهُ مِنْ صِحَّةِ الْبَدَنِ (وَلَا يُظْهِرُ عَلَيْهِ الذَّنْبَ) بَلْ يَسْتُرُهُ (وَلَا يُعَاقِبُهُ عَاجِلًا) أَيْ فِي السَّاعَةِ الْحَاضِرَةِ بَلْ يُمْهِلُهُ وَلَا يُهْمِلُهُ.

Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Dari Sa'd bin Hilal Rahimahullah: Sesungguhnya seorang hamba ketika berbuat dosa) Maksudnya jadi memiliki dosa (Maka memberikan anugrah Allah Ta'ala) Maksudnya memberikan nikmat (Kepada orang yang berbuat dosa dengan empat perkara: Allah tidak akan menutup darinya rezeki) Maksudnya Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat dosa dari rizki (Dan Allah tidak akan menutup darinya kesehatan) Maksudnya Allah tidak akan mencegah pada orang yang berbuat dosa dari kesehatan badan (Allah tidak akan menampakkan atasnya dosa) Bahkan Allah menutup dosa orang yang berbuat dosa (Dan Allah tidak akan menyiksanya di dunia) Maksudnya di waktu sekarang bahkan Allah memberikan kesempatan taubat kepada orang yang berdosa dan Allah tidak abai pada orang yang berdosa.

وَحُكِيَ أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَعْطَى أُمَّةَ مُحَمَّدٍ أَرْبَعَ كَرَامَاتٍ مَا أَعْطَانِيهَا: إِحْدَاهَا: قَبُولُ تَوْبَتِي كَانَ بِمَكَّةَ، وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَتُوبُونَ فِي كُلِّ مَكَانٍ فَيُقْبَلُ تَوْبَتُهُمْ. وَالثَّانِيَةُ: أَنِّي كُنْتُ لَابِسًا، فَلَمَّا عَصَيْتُ جَعَلَنِي عُرْيَانًا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ عُرَاةً فَيُلْبِسُهُمْ. وَالثَّالِثَةُ: لَمَّا عَصَيْتُ فَرَّقَ بَيْنِي وَبَيْنَ امْرَأَتِي وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ وَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ أَزْوَاجِهِمْ. وَالرَّابِعَةُ: أَنِّي عَصَيْتُ فِي الْجَنَّةِ فَأَخْرَجَنِي مِنْهَا وَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ يَعْصُونَ اللَّهَ تَعَالَى خَارِجَ الْجَنَّةِ فَيُدْخِلُهُمْ فِيهَا إِذَا تَابُوا.

Dihikayatkan sesungguhnya Nabi Adam Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya Allah itu telah memberikan kepada umat Nabi Muhammad empat kemuliaan yang Allah tidak memberikan kepadaku kemuliaan itu: Salah satu dari empat kemuliaan itu: Adalah penerimaan taubatku itu berada di mekkah, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bertaubat di setiap tempat kemudian diterima taubatnya umat Nabi Muhammad. Yang kedua: Adalah sesungguhnya Aku itu berpakaian, ketika aku bermaksiat maka Allah membuatku telanjang, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat dalam keadaan telanjang, maka Allah memberi pakaian kepada mereka. Dan yang ketiga: Adalah ketika aku bermaksiat, Allah memisahkan antara aku dan antara istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat kepada Allah, dan Allah tidak memisahkan antara mereka dan antara istri-istri mereka. Dan yang keempat: Adalah sesungguhnya aku itu bermaksiat di surga, kemudian Allah mengeluarkanku dari surga, Sedangkan umat Nabi Muhammad itu mereka bermaksiat kepada Allah Ta'ala di luar Surga, kemudian Allah memasukkan mereka ke dalam surga jika mereka bertaubat.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 28

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَرَفَ أَرْبَعًا إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ) أَيْ مَنْ تَرَكَ أَرْبَعًا وَتَوَجَّهَ إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الْجَنَّةَ (النَّوْمَ إِلَى الْقَبْرِ) بِأَنْ تَرَكَ رَاحَةَ النَّوْمِ وَتَوَجَّهَ إِلَى رَاحَتِهِ فِي الْقَبْرِ بِأَنْ عَمِلَ صَالِحًا لِأَجْلِهِ (وَالْفَخْرَ إِلَى الْمِيزَانِ) بِأَنْ تَرَكَ التَّطَاوُلَ عَلَى النَّاسِ بِتَعْدِيدِ الْمَنَاقِبِ وَتَوَجَّهَ إلَى عَمَلِ الْحَسَنَاتِ لِأَجْلِ زِيَادَتِهَا فِي الْمِيزَانِ (وَالرَّاحَةَ إلَى الصِّرَاطِ) بِأَنْ تَرَكَ رَاحَةَ الْبَدَنِ وَتَوَجَّهَ إلَى عَمَلٍ يُسْرِعُ الْمُرُورَ عَلَى الصِّرَاطِ وَذَلِكَ بِإِسْرَاعِ اجْتِنَابِ الْمَعَاصِي (وَالشَّهْوَةَ إلَى الْجَنَّةِ) بِأَنْ تَرَكَ الشَّهْوَةَ وَتَوَجَّهَ إلَى مَشَقَّاتِ الْعِبَادَاتِ فَإِنَّ الْجَنَّةَ حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ.

Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Barang siapa memalingkan empat menuju empat maka ia pasti akan menemukan surga) Maksudnya barang siapa yang meninggalkan empat  kemudian ia menghadap pada empat makak pasti ia akan menemukan surga (Memalingkan tidur menuju qubur) Dengan cara ia meninggalkan kenikmatan tidur kemudian ia menghadap pada kenikmatan tidur di dalam qubur dengan mengamalkan amalan sholeh karena arah-arah kenikmatan tidur di dalam qubur (Dan memalingkan kebanggaan menuju timbangan) Dengan cara ia meninggalkan bersombong-sombong kepada manusia dengan menghitung-hitung kebaikan kemudian ia menghadap menuju amal yang baik-baik karena arah-arah menambah amal kebaikan pada timbangan (Dan memalingkan kenikmatan menuju sirot) Dengan cara ia meninggalkan kenikmatan badan kemudian ia menghadap menuju amalan yang bisa mempercepat lewat di atas sirot dan amalan itu adalah dengan cepat menjauhi maksiat (Dan memalingkan syahwat menuju surga) Dengan cara ia meninggalkan syahwat kemudian ia menghadap menuju beratnya ibada karena sesungguhnya surga itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang di benci sebagaimana dalam hadits.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 29

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَامِدٍ اللَّفَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (طَلَبْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْمَسَالِكِ (فَأَخْطَأْنَا طُرُقَهَا) أَيْ تِلْكَ الْأُمُورِ الْأَرْبَعَةِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي أَرْبَعَةٍ أُخْرَى) مِنَ الْمَسَالِكِ (طَلَبْنَا الْغِنَى) أَيْ الْيَسَارَ (فِي الْمَالِ فَوَجَدْنَاهُ) أَيْ الْغِنَى (فِي الْقَنَاعَةِ) أَيْ فِي الرِّضَا بِالْقِسْمَةِ وَفِي سُكُونِ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ (وَطَلَبْنَا الرَّاحَةَ) أَيْ زَوَالَ الْمَشَقَّةِ (فِي الثَّرْوَةِ) أَيْ كَثْرَةِ الْمَالِ (فَوَجَدْنَاهَا فِي قِلَّةِ الْمَالِ، وَطَلَبْنَا اللَّذَّاتِ) بِحَلَاوَةِ الذَّوْقِ وَنُورِ الْبَصَرِ وَحُضُورِ الْمَرْجُوِّ (فِي النِّعْمَةِ) وَهِيَ مَا قُصِدَ بِهِ النَّفْعُ (فَوَجَدْنَاهَا) أَيْ اللَّذَّاتِ (فِي الْبَدَنِ الصَّحِيحِ. وَطَلَبْنَا الْعِلْمَ فِي بَطْنٍ شِبْعٍ فَوَجَدْنَاهُ فِي بَطْنٍ جَائِعٍ) وَفِي نُسْخَةٍ: وَطَلَبْنَا الرِّزْقَ فِي الْأَرْضِ فَوَجَدْنَاهُ فِي السَّمَاءِ، أَيْ مَقْسُومًا فِي السَّمَاءِ.

Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Dari Hamid Al-Lafaf Rahimahullah sesungguhnya Hamid Al-Lafaf berkata: Empat) Dari perkara (Yang telah kami cari padanya dalam empat) Dari jalur (Kemudian kami salah pada jalannya) Maksudnya perkara itu yang empat (Ternyata kami menemukan pada perkara itu dalam empat yang lain) Dari jalur-jalur (Kami mencari kekayaan) Maksudnya kemudahan (Dalam harta ternyata kami menemukan kekayaan itu) Maksudnya kekayaan (Dalam keadaan qona'ah) Maksudnya dalam keadaan ridho atas bagian dari Allah dan dalam keadaan tenangnya hati dari tidak adanya yang dibutuhkan (Dan kami mencari ketenangan) Maksudnya hilangnya kesusahan (Dalam harta yang banyak) Maksudnya banyaknya harta (Ternyata kami menemukan ketenangan itu dalam keadaan sedikitnya harta, dan kami mencari kelezatan-kelezatan) Atas manisnya rasa dan terangnya penglihatan dan hadirnya yang diinginkan (Dalam kenikmatan) Nikamat adalah perkara yang dituju dengannya manfaat (Ternyata kami menemukan kelezatan-kelezatan itu) Maksudnya kelezatan-kelezatan (Dalam keadaan badan yang sehat. Dan kami mencari ilmu dalam keadaan perut yang kenyang ternyata kami menemukan ilmu itu dalam keadaan perut yang lapar) Dan dalam salinan matan: Dan kami mencari rizki di bumi ternyata kami menemukan rizki itu di langit maksudnya yang dibagi di langit.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 30

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَلِيلُهَا كَثِيرٌ) فَيَتَأَذَّى النَّاسُ بِذَلِكَ الْقَلِيلِ (الْوَجَعُ) أَيْ الْأَلَمُ (وَالْفَقْرُ) أَيْ فَقْدُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَالنَّارُ وَالْعَدَاوَةُ) أَيْ قَصْدُ الْإِضْرَارِ الْمُتَمَكِّنِ فِي الْقَلْبِ.

Maqolah yang ke tiga puluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu sesungguhnya ia berkata: Empat perkara yang sedikitnya empat perkara itu adalah banyak) Sehingga merasa sakit manusia dengan yang sedikit itu (Sakit) Maksudnya sakit (Dan kemiskinan) Maksudnya tidak adanya perkara yang ia membutuhkan pada perkara itu (Dan api dan musuh-musuh) Maksudnya yang bertujuan mencelakai yang menetap di dalam hati.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاَللَّهِ تَعَالَى التَّوَدُّدُ إِلَى النَّاسِ]. وَقَالَ سَيِّدُنَا سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِابْنِهِ: لَا تَسْتَكْثِرْ أَنْ يَكُونَ لَكَ أَلْفُ صَدِّيقٍ فَالْأَلْفُ قَلِيلٌ وَلَا تَسْتَقِلَّ أَنْ يَكُونَ لَكَ عَدُوٌّ وَاحِدٌ فَالْوَاحِدُ كَثِيرٌ.

Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Pangkalnya akal sesudah iman kepada Allah adalah menunjukkan rasa kasih sayang kepada manusia] Dan telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam kepada anaknya: Janganlah kamu menganggap banyak jika ada bagimu seribu teman karena seribu itu adalah sedikit dan janganlah kamu menganggap sedikit jika ada bagimu musuh yang hanya satu karena satu itu adalah banyak.

[nextpage]

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 31

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَحِمَهُ اللَّهُ (أَنَّهُ قَالَ: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَجْنَاسِ، فَإِنَّ الشَّيْءَ إِنَّمَا يُعْرَفُ بِضِدِّهِ (الشَّبَابُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهُ إِلَّا الشُّيُوخُ) أَيْ أَهْلُ الْهَرَمِ (وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكْرُوهِ (لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَهْلُ الْبَلَاءِ) قَالَ الْغَزَالِيُّ بَدَلَ هَذِهِ الْجُمْلَةِ: وَلَا يَعْرِفُ قَدْرَ الْغِنَى إِلَّا أَهْلُ الْفَقْرِ (وَالصِّحَّةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَرْضَى) جَمْعُ مَرِيضٍ أَيْ إِلَّا أَهْلُ السَّقَمِ (وَالْحَيَاةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلَّا الْمَوْتَى. قَالَ الشَّاعِرُ أَبُو نُوَاسٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَبِالْوَاوِ اسْمُهُ الْحَسَنُ بْنُ هَانَىءَ. وَسَبَبُ تَلْقِيبِهِ بِأَبِي نُوَاسٍ أَنَّهُ كَانَ لَهُ ذُؤَابَتَانِ تَنُوْسَانِ أَيْ تَتَحَرَّكَانِ عَلَى عَاتِقِهِ اهْ. مِنْ بَحْرِ اَلطَّوِيلِ:

Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Hatim Al-Ashom) Rahimahullah (Sesungguhnya Hatim Al-Ashom berkata: Empat perkara yang tidaklah mengetahui pada nilainya empat perkara itu kecuali empat) Dari kelompok, Karena sesungguhnya sesuatu itu hanya bisa diketahui dengan kebalikannya (Masa muda tidaklah mengetahui pada nilainya masa muda itu kecuali orang-orang yang sudah tua) Maksudnya orang-orang yang lanjut usia (Dan kesejahtraan) Maksudnya terhindar dari perkara yang dibenci (Tidaklah mengetahui pada nilai kesejahtraan kecuali orang-orang yang terkena musibah) Telah berkata Imam Al-Ghozali sebagai ganti dari kalimat ini: Tidaklah mengetahui nilai kekayaan kecuali orang fakir (Dan sehat tidaklah mengetahui pada nilainya sehat kecuali orang-orang yang sakit) Lafadz الْمَرْضَى adalah jamak dari lafadz مَرِيضٌ. Maksudnya kecuali orang-orang yang sakit (Dan kehidupan tidaklah mengetahui pada nilai kehidupan kecuali orang-orang yang mati. Telah berkata seorang penya'ir Abu Nuwas) Lafadz نُوَاسٍ dibaca dengan mendhommahkan huruf nun dan dengan wawu. Namanhya adalah Hasan bin Hani dan sebab dilaninya Hasan bin Hani dengan nama Abu Nuwas karena sesungguhnya ada padanya dua kuncir yang keduanya berubah-ubah Maksudnya kedua-duanya bergerak-gerak di atas pundaknya. Syair dari Bahar Thowil:

وَرَحْمَةُ رَبِّي مِنْ ذُنُوبِيَ أَوْسَعُ * (ذُنُوْبِيَ إِنْ فَكَّرْتُ فِيهَا كَثِيرَةٌ
وَلَكِنِّي فِي رَحْمَةِ اللَّهِ أَطْمَعُ * وَمَا طَمَعِي فِي صَالِحٍ إِنْ عَمِلْتُهُ
وَإِنِّي لَهُ عَبْدٌ أُقِرُّ وَأَخْضَعُ * هُوَ اللَّهُ مَوْلَايَ الَّذِي هُوَ خَالِقِي
وَإِنْ تَكُنِ الْأُخْرَى فَمَا أَنَا أَصْنَعُ) * فَإِنْ يَكُ غُفْرَانٌ فَذَلِكَ رَحْمَةٌ
(Dosa dosaku jika aku fikir tentangnya itu adalah banyak * Sedangkan rahmat Allah itu lebih luas daripada dosa-dosaku
Bukanlah harapanku dalam amal sholeh jika aku melaksanakan amal sholeh itu * Akan tetapi aku lebih berharap pada rahmatnya Allah
Dialah Allah pelindungku dzat yang menciptakan aku * Dan sungguh aku baginya adalah hamba dan aku mengakui hal itu dan aku tunduk kepadanya
Jika terjadi ampunan maka itulah kasih sayang Allah * Dan jika yang terjadi yang lain maka tidkalah aku melakukan hal itu)

عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ أَرَادَ أَنْ لَا يُوْقِفَهُ اللَّهُ عَلَى قَبِيْحِ أَعْمَالِهِ وَلَا يَنْشُرَ لَهُ دِيْوَانًا فَلْيَدْعُ بِهَذَا الدُّعَاءِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ: اللَّهُمَّ إِنَّ مَغْفِرَتَكَ أَرْجَى مِنْ عَمَلِيْ، وَإِنَّ رَحْمَتَكَ أَوْسَعُ مِنْ ذَنْبِيْ، اللَّهُمَّ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَهْلًا أَنْ أَبْلُغَ رَحْمَتَكَ فَرَحْمَتُكَ أَهْلٌ أَنْ تَبْلُغَنِيْ لِأَنَّهَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ].

Dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang ingin agar tidak memperlihatkan kepadanya oleh Allah atas amal-amalnya yang jelek dan agar Allah tidak membuka kepadanya catatan amalnya maka hendaklah ia berdoa dengan doa ini di akhir setiap sholat. Doa itu adalah: Ya Allah sesungguhnya ampunanmu itu lebih aku harapkan daripada amalku, dan sesungguhnya kasih sayangmu itu lebih luas daripada dosaku, Ya Allah jika aku bukan orang yang layak untuk mencapai rahmatmu sungguh rahmatmu itu layak untuk sampai kepadaku karena rahmatmu itu luas mencakup segala sesuatu wahai dzat yang maha pengasih di antara para pengasih].

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 32

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: إِذَا كَانَ) أَيْ جَاءَ (يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُوضَعُ الْمِيزَانُ فَيُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّلَاةِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ) أَيْ يُعْطَوْنَ أُجُورَهُمْ كَامِلَةً (بِالْمِيزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّوْمِ) وَفِي نُسَخٍ: بِأَهْلِ الْحَجِّ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِالْمِيْزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الْبَلَاءِ لَا يُنْصَبُ لَهُمْ مِيزَانٌ وَلَا يُنْشَرُ لَهُمْ دِيْوَانٌ) أَيْ جَرِيْدَةُ الْحِسَابِ (فَيُوَفَّوْنَ أُجُورَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ) أَيْ عَدَدٍ مَحْصُورٍ (حَتَّى يَتَمَنَّى أَهْلُ الْعَافِيَةِ لَوْ كَانُوا بِمَنْزِلَتِهِمْ) فَلَوْ مَصْدَرِيَّةٌ (مِنْ كَثْرَةِ ثَوَابِ اللَّهِ تَعَالَى) عَلَيْهِمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh dua (Telah bersabda Nabi ﷺ: Ketika telah ada) Maksudnya telah datang (Hari kiamat maka diletakkanlah timbangan kemudian didatangkan orang-orang yang ahli sholat kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka) Maksudnya mereka diberi pahala yang sempurna (atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli puasa) Dan dalam satu salinan: Orang-orang yang ahli haji (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka atas timbangan, Kemudian didatangkan orang-orang yang ahli musibah tidak dipasang bagi mereka timbangan dan tidak dibuka bagi mereka catatan amal) Maksudnya catatan hisab (Kemudian diberikan sepenuhnya kepada mereka pahala-pahala mereka dengan tanpa hisab) Maksudnya tanpa hitungan yang terbatas (Sampai-sampai berharap orang-orang yang ahli sejahtera andaikan orang-orang ahli sejahtera itu ada pada tempat ahlul musibah) Lafadz لَوْ ini adalah masdariyah (Sebab banyaknya pahala dari Allah Ta'ala) Kepada ahlul musibah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 33

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: يَسْتَقْبِلُ ابْنَ آدَمَ أَرْبَعُ نُهُبَاتٍ) بِضَمِّ النُّونِ وَهِيَ الَّتِي تَغْلِبُهُ (يَنْتَهِبُ) أَيْ يَأْخُذُ بِالْقَهْرِ (مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ وَیَنْتَهِبُ الْوَرَثَةُ) بِفَتْحَاتٍ جَمْعُ وَارِثٍ (مَالَهُ) بَعْدَ مَوْتِهِ (وَینَتَّهِبُ الدُّودُ جِسْمَهُ) فِي الْقَبْرِ (وَيَنْتَهِبُ الْخُصَمَاءُ) بِضَمٍّ فَفَتْحٍ جَمْعُ خَصِيمٍ وَهُمْ مَنْ لَهُمْ الْحَقُّ عَلَى مَنْ ظَلَمَهُمْ بِأَخْذِ أَمْوَالِهِمْ أَوْ بِاغْتِيَابِهِمْ أَوْ بِضَرْبِهِمْ مَثَلًا أَوْ بِغَيْرِ ذَلِكَ (عَمَلَهُ) إِنْ کَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ وَإِلَّا حُمِلَ عَلَيْهِ ذَنْبُهُمْ.

Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Akan menghadapi kepada anak Adam empat perampasan) lafadz نُهُبَاتٍ dengan mendhommahkan huruf nun yaitu yang bisa mengalahkan anak Adam (Akan merampas) Maksudnya mengambil dengan paksa (Oleh malaikat maut pada ruh anak Adam, dan akan merampas oleh ahli waris) Lafadz الْوَرَثَةِ dengan memfathahkan semuanya jamak dari lafadz وَارِثٍ (Pada harta anak Adam) Sesudah matinya anak Adam (Dan akan merampas oleh cacing pada badan anak Adam) Di dalam qubur (Dan akan merampas oleh orang-orang yang menggugat) Lafadz الْخُصَمَاءُ dengan mendhommahkan kemudian fathah jamak dari lafadz خَصِيم mereka adalah orang yang memiliki pada diri mereka hak kepada orang yang telah berbuat dzolim kepada mereka dengan mengambil pada harta-harta mereka atau dengan menyakiti mereka atau dengan memukul mereka seumpamanya atau dengan selain hal itu (Pada amalnya anak Adam) Jika ada bagi anak Adam itu amal yang sholeh dan jika tidak ada maka dibebankan kepadanya dosa-dosa mereka.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 34

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: مَنِ اشْتَغَلَ بِالشَّهَوَاتِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ النِّسَاءِ) أَيْ مِنْ تَنَاوُلِ النِّسَاءِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِجَمْعِ الْمَالِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْحَرَامِ) أَيْ مِنَ الْوُقُوعِ فِي الْحَرَامِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِمَنَافِعِ الْمُسْلِمِينَ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنْ الْمُدَارَاةِ) أَيْ مِنْ مُلَاطَفَتِهِمْ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ (وَمَنِ اشْتَغَلَ بِالْعِبَادَةِ فَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْعِلْمِ) إِذْ لَا تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إِلَّا بِالْعِلْمِ بِكَيْفِيَّتِهَا.

Maqolah yang ke tiga puluh empat (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Barang siapa yang sibuk dengan syahwat maka tidak boleh tidak baginya dar wanita) Maksudnya dari bergaul dengan wanita (Dan barang siapa yang sibuk dengan mengumpulkan harta maka tidak boleh tidak baginya dari perkara haram) Maksudnya dari terjerumus pada perkara haram (Dan barang siapa sibuk dengan memberikan manfaat kepada orang-orang islam maka tidak boleh tidak baginya dari beramah tamah) Maksudnya bersikap lemah lembut kepada orang-orang islam dengan ucapan dan perbuatan (Dan barang siapa yang sibuk dengan ibadah maka tidak boleh tidak baginya dari ilmu) Karena tidaklah sah ibadah kecuali dengan ilmu tentang tatacara-tatacara ibadah.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 35

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَ كَرَّمَ وَجْهَهُ (إِنَّ أَصْعَبَ الْأَعْمَالِ أَرْبَعُ خِصَالٍ: الْعَفْوُ عِنْدَ الْغَضَبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَنْهُ عَذَابَهُ].

Maqolah yang ke tiga puluh lima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Sesungguhnya paling susahnya amal itu ada empat perkara: Memaafkan ketika marah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : [Barang siapa yang menahan amarahnya maka pasti Allah akan menahan darinya pada adab Allah].

وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ وَبَسَطَ رِضَاهُ وَبَذَلَ مَعْرُوفَهُ وَوَصَلَ رَحِمَهُ وَأَدَّى أَمَانَتَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي نُورِهِ الْأَعْظَمِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang menahan amarahnya dan meluaskan ridhonya dan mengerahkan kebaikannya dan menyambungkan kasih sayangnya dan menunaikan amanahnya maka pasti akan memasukkan kepadanya oleh Allah Azza Wajalla pada hari kiamat ke dalam cahaya Allah yang maha agung] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.

(وَالْجُودُ) أَيْ بَذْلُ الْمَالِ (فِي الْعُسْرَةِ) أَيْ فِي وَقْتِ الْفَقْرِ وَصُعُوبَةِ الْمَالِ (وَالْعِفَّةُ) أَيْ مَنْعُ الْحَرَامِ (فِي الْخَلْوَةِ) أَيْ فِي وَقْتِ الِانْفِرَادِ عَنْ النَّاسِ، فَالْعَفِيفُ مَنْ يُبَاشِرُ الْأُمُورَ عَلَى وَفْقِ الشَّرْعِ وَالْمُرُوءَةِ (وَقَوْلُ الْحَقِّ لِمَنْ يَخَافُهُ) كَسُلْطَانٍ جَائِرٍ (أَوْ يَرْجُوهُ) أَيْ يَرْجُو عَفْوَهُ أَوْ إِعْطَاءَهُ.

(Dan kedermawanan) Maksudnya mengorbankan harta (Dalam keadaan susah) Maksudnya di waktu fakir dan di waktu kesulitan harta (Dan menjaga kehormatan) Maksudnya menghindari perkara haram (Di saat sendiri) Maksudnya di waktu sendirian jauh dari orang lain. Orang yang menjaga kehormatannya adalah orang yang melakukan perkara perkara sesuai dengan syariat dan kehormatan (Dan berkata benar kepada orang yang ia takut kepadanya) Seperti sultan yang dzolim (Atau kepada orang yang ia berharap kepadanya) Maksudnya ia mengharapkan maafnya atau pemberiannya. 

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 36

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (فِي الزَّبُورِ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إنَّ الْعَاقِلَ الْحَكِيمَ) أَيْ كَامِلَ الْعِلْمِ (لَا يَخْلُو مِنْ أَرْبَعِ سَاعَاتٍ) يَقْسِمُهَا عَلَى هَذِهِ الْأَعْمَالِ (سَاعَةً يُنَاجِي فِيهَا رَبَّهُ) بِذِكْرِهِ وَتِلَاوَةِ كَلَامِهِ وَشِكَايَةِ الْحَالِ عِنْدَهُ وَنَحْوِ ذَلِكَ (وَسَاعَةٌ يُحَاسِبُ فِيهَا نَفْسَهُ) بِأَنْ يَكْتُبَ أَعْمَالَهُ وَحَرَكَاتِهِ لَيْلًا وَنَهَارًا فِي الْكَاغِدِ ثُمَّ يَنْظُرَهُ فِي آخِرِ النَّهَارِ وَفِي آخِرِ اللَّيْلِ فَيَشْكُرُ أَوْ يَسْتَغْفِرُ (وَسَاعَةً يَمْشِي فِيهَا إلَى إخْوَانِهِ الَّذِينَ يُخْبِرُونَهُ بِعُيُوبِهِ) لِيَرْجِعَ مِنْهَا (وَسَاعَةٌ فِيهَا يُخَلِّى) أَيْ يَتْرُكُ (بَيْنَ نَفْسِهِ وَبَيْنَ لَذَّاتِهَا الْحَلَالَ).

Maqolah yang ke tiga puluh enam (Dalam kitab Zabur: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Daud alaihissalam: Sesungguhnya orang berakal yang bijaksana) Maksudnya yang sempurna dalam ilmu (Tidak akan kosong dari empat waktu) ia membaginya atas perbuatan-perbuatan ini (Satu waktu ia bermunajat pada saat itu kepada Tuhannya) Dengan berzikir kepadanya dan membaca firman-Nya dan mengadukan keadaannya kepada-Nya dan yang semisal dari hal itu (Dan satu waktu ia mengevaluasi pada saat itu kepada dirinya) Dengan menulis amal-amalnya dan gerak-geriknya malam dan siang di kertas kemudian ia melihatnya di sore hari dan di akhir malam lalu ia bersyukur atau memohon ampun (Dan satu waktu ia berjalan pada waktu itu kepada saudara-saudaranya yang akan memberitahukan kepadanya kekurangan-kekurangannya) Agar ia bisa meninggalkan dari aib-aib itu (Dan satu waktu pada saati itu ia menyendiri) Maksudnya ia meninggalkan (Antara dirinya dan antara kenikmatan kenikmatan dunia yang halal).

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 37

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: جَمِيعُ الْعِبَادَاتِ مِنَ الْعُبُودِيَّةِ) أَيْ مِنْ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (الْوَفَاءُ بِالْعُهُودِ) وَهُوَ أَدَاءُ فَرَائِضِ اللَّهِ تَعَالَى (وَالْمُحَافَظَةُ عَلَى الْحُدُودِ) وَهُوَ اجْتِنَابُ مُحَرَّمَاتِ اللَّهِ تَعَالَی (وَالصَّبْرُ عَلَى الْمَفْقُودِ) مِنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَالرِّضَا بِالْمَوْجُودِ) مِنَ الْمَطَاعِمِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.

Maqolah yang ke tiga puluh tujuh (Telah berkata: Sebagian orang-orang yang bijaksana: Semua ibadah dari jenis penghambaaan) Maksudnya dari rukun islam (Itu ada empat) Dari perkara (Memenuhi  janji) Yaitu kefardhuan-kefardhuan dari Allah Ta'ala (Dan menjaga pada batasan) Yaitu menjauhi perkara yang telah diharamkan oleh Allah Ta'ala (Dan bersabar atas yang hilang) Dari perkara-perkara yang dicintainya (Dan ridha dengan yang ada) Dari makanan dan pakaian dan tempat tinggal.

Next Post Previous Post
4 Comments
  • Anonim
    Anonim 18 Februari 2024 pukul 04.06

    Minta link lanjutan kitab terjemah nashoihul ibadnya

    • Ahsan Dasuki
      Ahsan Dasuki 18 Februari 2024 pukul 08.18

      Ini nashoihul ibad bab 5 maqolah ke 1

      https://www.lilmuslimin.com/2023/11/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-5.html

  • Anonim
    Anonim 4 Maret 2024 pukul 08.41

    Jazaakumullah Khair, semoga ilmu dan perjuangannya menjadi Ilman Naafi'an, Maqbuulan wa Mabruuron. Aamiin Yaa Robbal 'Aaliin.

    • Ahsan Dasuki
      Ahsan Dasuki 9 Maret 2024 pukul 10.58

      آمين

Add Comment
comment url
Ikuti Kami