Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 21-25

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah kitabNashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani

( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Versi ejaan : Nashoih Al-Ibad
Mata Pelajaran : Tasawuf, Akhlaq
Musonif : Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi

(محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)

Nama Arab : محمد نووي بن عمر الجاوي
Lahir : 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat : 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru :

1. Khatib asy-Syambasi

2. Abdul Ghani Bima

3. Ahmad Dimyati

4. Zaini Dahlan

5. Muhammad Khatib

6. KH. Sahal al-Bantani

7. Sayyid Ahmad Nahrawi

8. Zainuddin Aceh

Santri :

1. KH. Hasyim Asyari

2. KH. Ahmad Dahlan

3. KH. Khalil Bangkalan

4. KH. Asnawi Kudus

5. KH. Mas Abdurrahman

6. KH. Hasan Genggong

7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy

Penerjemah : Ahsan Dasuki

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 21-25

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3Image by © LILMUSLIMIIN

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 21

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (كُنْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ) وَذَلِكَ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قُدَّسَ سِرَّهُ: إذَا لَقِيتَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ رَأَيْتَ الْفَضْلَ لَهُ عَلَيْكَ وَتَقُولُ عَسَى أَنْ يَكُونَ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا مِنِّي وَأَرْفَعَ دَرَجَةً فَإِنْ كَانَ صَغِيرًا قُلْتَ: هَذَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ وَأَنَا قَدْ عَصَيْتُ فَلَا شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنًى، وَإِنْ كَانَ كَبِيرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللَّهَ قَبْلِیْ، وَإِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا أُعْطِيَ مَا لَمْ أَبْلُغْ وَنَالَ مَا لَمْ أَنَلْ وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ وَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ، وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا قُلْتَ: هَذَا عَصَى اللَّهَ بِجَهْلٍ وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ وَلَا أَدْرِي بِمَ يَخْتَمُ لِي أَوْ بِمَ يُخْتَمُ لَهُ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي عَسَى أَنْ يُسْلِمَ فَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ وَعَسَى أَنْ أَكْفُرَ فَيُخْتَمَ لِي بِسُوءِ الْعَمَلِ اهْ.

Maqolah yang ke dua puluh satu (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Jadilah kamu di hadapan Allah  sebaik-baiknya manusia dan jadilah kamu di hadapan dirimu sejelek-jeleknya manusia) Dan hal itu sebagaimana telah berkata tentangnya tuanku syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa sirrohu : Ketika kamu berjumpa dengan salah seorang dari manusia kamu melihat keistimewaan padanya di atas dirimu kemudian kamu berkata bisa jadi ia terbukti di sisi Allah lebih baik dari pada aku dan lebih tinggi derajatnya. Jika terbukti orang itu masih keci kamu berkata anak ini tidak bermaksiat kepada Allah sedangkan aku sungguh telah bermaksiat maka tidak diragukan lagi dia lebih baik daripada aku. Jika terbukti orang itu lebih tua kamu berkata orang ini sungguh telah beribadah kepada Allah sebelum diriku. Jika terbukti orang itu berilmu kamu berkata orang ini telah diberikan ilmu yang tidak bisa aku capai dan ia memperoleh perkara yang tidak aku peroleh dan ia mengetahui perkara yang tidak aku ketahui dan ia beramal dengan ilmunya. Jika terbukti orang itu bodoh kamu berkata orang ini bermaksiat kepada Allah bersama kebodohannya sedangkan aku bermaksiat kepada Allah bersama ilmu dan aku tidak tau pada perkara yang mengakhiriku dan mengakhirinya. Jika terbukti orang itu kafir kamu berkata aku tidak tahu bisa jadi ia masuk islam kemudian mengakhiri padanya dengan kebaikan amal dan bisa jadi aku kafir kemudian mengakhiri padaku dengan keburukan amal. Sampai sini perkataan syikh Abdul Qodir Al-Jaelani berakhir.

(وَکُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ) فَإِنَّ اللَّهَ يَكْرَهُ أَنْ يَرَى عَبْدَهُ مُتَمَيِّزًا عَنْ غَيْرِهِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ. وَكَانَ بَعْضُهُمْ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَبُورًا وَاجْعَلْنِي شَكُورًا وَاجْعَلْنِيْ فِي عَيْنِيْ صَغِيرًا وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيرًا.

(Dan jadilah kamu di sisi manusia menjadi seseorang di antara manusia) Karena sesungguhnya Allah benci melihat seorang hamba berbeda dari yang lain sebagaimana keterangan dalam suatu hadits. Ada sebagian dari para ulama beroda dengan doa ini : Ya Allah semoga engkau menjadikan aku orang yang sabar dan semoga engkau menjadikan aku orang yang bersyukur dan semoga engkau menjadikan aku di mataku kecil dan di mata manusia besar.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 22

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى عُزَيْرٍ النَّبِيِّ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (فَقَالَ:) عَزَّ وَجَلَّ (يَا عُزَيْرُ إِذَا أَذْنَبْتَ ذَنْبًا صَغِيرًا فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الذَّنْبِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ أَذْنَبْتَ لَهُ، وَإِذَا أَصَابَكَ خَيْرٌ يَسِيرٌ فَلَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِهِ) أَيْ ذَلِكَ الْخَيْرِ (وَانْظُرْ إِلَى مَنْ رَزَقَكَ) أَيْ مَنْ سَاقَ ذَلِكَ الْخَيْرَ إِلَيْكَ (وَإِذَا أَصَابَكَ بَلِيَّةٌ فَلَا تَشْكُنِي إِلَى خَلْقِي كَمَا لَا أَشْكُوكَ إِلَى مَلَائِكَتِي إِذَا صَعِدَتْ إِلَيَّ مَسَاوِيكَ) أَيْ عُيُوبُكَ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan: Allah Ta'ala memberikan wahyu kepada Uzair yang menjadi seorang nabi) Alaihis Salam (Telah berfirman Allah) Azza wajalla (Wahai Uzair jika kamu melakukan dosa dengan dosa yang kecil maka janganlah kamu lihat pada kecilnya dosa itu) Maksudnya dosa itu (Dan lihatlah kepada dzat yang engkau telah berbuat dosa padanya, Dan ketika menimpa kepadamu kebaikan yang ringan maka kamu jangan melihat pada kecilnya kebaikan itu) Maksudnya kebaikan itu (Dan lihatlah pada dzat yang telah memberikan rizqi padamu) Maksudnya dzat yang telah menyampaikan kebaikan itu kepadamu (Dan ketika menimpa kepadamu suatu musibah maka janganlah kamu mengadukan ku pada makhluk ku sebagaimana aku tidak pernah mengadukanmu pada malaikatku ketika datang kepadaku aib-aib dirimu) Maksudnya aib-aib dirimu.

قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ عُيَيْنَةَ: مَنْ شَكَا لِلنَّاسِ وَقَلْبُهُ صَابِرٌ رَاضٍ بِالْقَضَاءِ لَمْ يَكُنْ جَزَعًا فَإِنَّ النَّبِيَّ قَالَ: ((أَجِدُنِي يَا جِبْرِيلُ مَغْمُومًا وَأَجِدُنِي مَكْرُوبًا)) جَوَابًا لِسُؤَالِ جِبْرِيلَ عَنْهُ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ "كَيْفَ تَجِدُكَ".

Telah berkata Imam Uyainah: Barang siapa mengadu pada manusia dan hatinya sabar, ridho atas qhodo maka tidak termasuk resah karena sesungguhnya nabi telah bersabda ((Aku menemukan diriku wahai Jibril bersedih dan aku menemukan diriku susah)) Sebagai jawaban dari pertanyaan Malaikat Jibril kepada nabi tentang penyakit yang menyebabkan ia mati. "bagaimana kamu mendapati dirimu?".

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 23

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَاتِمُ بْنُ عُلْوَانَ، وَيُقَالُ: حَاتِمُ بْنُ يُوسُفَ، وَهُوَ مِنْ أَكَابِرِ مَشَايِخِ خُرَاسَانَ وَكَانَ تِلْمِيذَ شَقِيقٍ.

Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dari Hatim Al-Asom) Radhiallahu Anhu Ia adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Ulwan dan Dikatakan : Hatim Bin Yusuf, Beliau adalah sebagian dari para pembesars syaik khurasan dan Ia adalah muridnya Syaqiq.

رُوِيَ أَنَّهُ جَاءَتْ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا عَنْ مَسْأَلَةٍ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا فِي تِلْكَ الْحَالَةِ صَوْتٌ، فَخَجِلَتْ فَقَالَ حَاتِمٌ: اِرْفَعِي صَوْتَكِ، فَأَرَى مِنْ نَفْسِهِ أَنَّهُ أَصَمُّ فَسَرَتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ وَقَالَتْ: إنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ الصَّوْتَ، فَغَلَبَ عَلَيْهِ اِسْمُ الْأَصَمِّ (مَا مِنْ صَبَاحٍ إلَّا وَيَقُولُ الشَّيْطَانُ لِي: مَا تَأْكُلُ، وَمَا تَلْبَسُ، وَأَيْنَ تَسْكُنُ، فَأَقُولُ لَهُ: آكُلُ الْمَوْتَ) أَيْ أَذُوقُ مَرَارَةَ الْمَوْتِ (وَأَلْبَسُ الْكَفَنَ، وَأَسْكُنُ الْقَبْرَ، فَيَهْرُبُ) أَيْ الشَّيْطَانُ بِضَمِّ الرَّاءِ (مِنِّي).

Diriwayatkan sesungguhnya telah datang seorang perempuan kemudian ia bertanya kepada Hatim tentang satu masalah kemudian secara tidak sengaja telah keluar dari wanita itu suara kentut, kemudian wanita itu merasa malu, maka Hatim berkata : Keraskan suaramu kemuadian Hatim Al-Asom memperlihatkan pada dirinya bahwa sesungguhnya ia tuli maka menjadi bahagia wanita itu atas ketulian Hatim Al-Asom dan wanita itu berkata sesungguhnya Hatim tidak mendengar suara kentut kemudian menjadi terkenal kepada Hatim Al-Asom gelar Asom/tuli (Tidaklah di waktu pagi kecuali setan berkata kepadaku: Apa yang akan engkau makan, dan apa yang akan engkau pakai, dimana engkau akan berdiam kemudian aku berkata kepadanya: Aku akan memakan kematian) Maksudnya aku akan mencicipi pahitnya kematian (Dan aku akan memakai kain kafan, dan aku akan mendiami quburan kemudian ia melarikan diri) Maksudnya setan, ladafz يَهْرُبُ dengan mendhommahkan huruf ra (Dariku)

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 24

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إِلَى عِزِّ الطَّاعَةِ) وَهَذَا مِنْ إضَافَةِ الصِّفَةِ لِلْمَوْصُوفِ أَيْ مَنْ تَرَكَ الْمَعْصِيَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ ذَلِيلًا وَعَمِلَ الطَّاعَةَ الَّتِي تُصَيِّرُهُ عَزِيزًا أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَلَاثَ صِفَاتٍ مَحْمُودَةٍ (أَغْنَاهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مَالٍ) يُنْفِقُهُ بَلْ بِسُكُونِ قَلْبِهِ (وَأَيَّدَهُ) أَيْ قَوَّاهُ (مِنْ غَيْرِ جُنْدٍ) أَيْ عَسَاكِرَ يُعِينُونَهُ بَلْ بِقُوَّةِ اللَّهِ تَعَالَى (وَأَعَزَّهُ) أَيْ غَلَبَهُ عَلَى عَدُوِّهِ (مِنْ غَيْرِ عَشِيرَةٍ) أَيْ جَمَاعَةٍ يُعَاشِرُونَهُ بَلْ بِنَصْرِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua puluh empat (Dari Nabi ﷺ: Barang siapa yang keluar dari kemaksiatan yang hina menuju ketaatan yang mulia) Lafadz ini dari sebagian idhopatnya sifat kepada yang disifti. Maksudnya barang siapa meninggalkan kemaksiatan yang menjadikan ia hina dan ia melakukan keta'atan yang menjadikan ia mulia maka pasti Allah akan memberikan kepadanya tiga sifat yang terpuji (Akan menjadikan kaya kepadanya Allah Ta'ala tanpa harta) Yang ia membelanjakannya tetapi dengan ketenangan hatinya (Dan Allah akan memberikan ia kekuatan) Maksudnya meberikan ia kekuatan (Tanpa pasukan) Maksudnya tanpa tentara yang membantunya tetapi dengan kekuatan Allah Ta'ala (Dan Allah akan memuliakannya) Maksudnya Allah akan memberikan ia kemenangan atas musuhnya (Tanpa kelompok) Maksudnya kelompok yang bergabung dengannya tetapi dengan pertolongan Allah Ta'ala.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 25

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ خَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتُمْ) أَيْ دَخَلْتُمْ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (فَقَالُوا: أَصْبَحْنَا) أَيْ صِرْنَا فِي الصَّبَاحِ (مُؤْمِنِينَ بِاللَّهِ) جَلَّ وَعَلَا (فَقَالَ)(وَمَا عَلَامَةُ إيمَانِكُمْ؟ قَالُوا: نَصْبِرُ عَلَى الْبَلَاءِ) أَيْ الِامْتِحَانِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَنَشْكُرُ عَلَى الرَّخَاءِ) أَيْ الِاتِّسَاعِ فِي الْمَعِيشَةِ (وَنَرْضَى بِالْقَضَاءِ) أَيْ الْحُكْمِ الْإِلَهِيِّ فِي أَعْيَانِ الْمَوْجُودَاتِ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ مِنْ الْأَحْوَالِ فِي الْأَزَلِ إِلَى الْأَبَدِ (فَقَالَ عَلَيْهِ) الصَّلَاةُ وَ(السَّلَامُ: أَنْتُمْ الْمُؤْمِنُونَ حَقًا) أَيْ إِيمَانًا مُطَابِقًا لِلْوَاقِعِ (وَرَبِّ الْكَعْبَةِ) الْوَاوُ لِلْقَسَمِ .

Maqolah yang ke dua puluh lima (Diriwayatkan sesungguhnya Nabi Alaihis) Sholatu (Wassalam keluar pada suatu hari menuju sahabat-sahabatnya kemudian Nabi bersabda: Bagaimana keadaan kalian di waktu subuh) Maksudnya kalian masuk di waktu subuh (Kemudian mereka berkata: Kami masuk di waktu subuh) Maksudnya kami menjadi di waktu subuh (Sebagai orang-orang yang iman kepada Allah) Jalla Wa'ala (Kemudian bersabda Nabi) ﷺ (Apa tanda keimanan kalian ? Kemudain mereka menjawab: Kami bersabar atas balai) Maksudnya atas ujian dari Allah Ta'ala (Dan kami bersyukur atas kemakmuran) Maksudnya keluasan dalam ekonomi (Dan kami ridho atas Qodho) Maksudnya hukum Allah mengenai pengkhususan segala sesuatu yang diadakan atas perkara yang itu atas hukum Allah dari keadaan-keadaan di zaman azali sampai seterusnya (Kemudian bersabda Nabi Alaihis) Sholatuwwa (Salam: Kalian adalah orang-orang mu'min yang sebenarnya) Maksudnya Keimanan yang sesuai dengan fakta (Demi dzat yang menguasai Ka'bah) Huruf wau pada lafadz وَرَبِّ adalah wau qosam/sumpah.

قَالَ بَعْضُ الْعَارِفِينَ: الصَّبْرُ ثَلَاثُ مَقَامَاتٍ: تَرْكُ الشَّكْوَى وَهِيَ دَرَجَةُ التَّابِعِينَ، وَالرِّضَا بِالْمَقْدُورِ وَهِيَ دَرَجَةُ الزَّاهِدِينَ، وَالْمَحَبَّةُ لِلِابْتِلَاءِ وَهِيَ دَرَجَةُ الصِّدِّيقِينَ، فَفِي الْحَدِيثِ: ((اُعْبُدِ اللَّهَ عَلَى الرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَگرَہُ خَیْرٌ گَثِیْرٌ)).

Telah berkata sebagian dari orang-orang yang ma'rifat billah: Sabar itu ada tiga maqom: Meninggalkan keluh kesah itu adalah derajatnya tabiin, dan ridho atas perkara yang ditaqdirkan itu adalah derajat orang-orang zuhud, dan senang atas cobaan itu adalah derajatnya orang-orang yang benar. Dalam satu hadits ((Beribadahlah kamu kepada Allah dengan ridho jika kamu tidak mampu maka dalam keadaan sabar atas perkara yang engkau benci padanya ada kebaikan yang banyak)).

Maqolah Berikutnya

  1. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 26-30
  2. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 31-35
  3. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 36-40
  4. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 41-45
  5. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 46-50
  6. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 51-55

Maqolah Sebelumnya

  1. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 1-10
  2. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 11-15
  3. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 16-20

Bab Sebelumnya

  1. Kitab Nashoihul Ibad Arab dan Terjemahnya Bab 1
  2. Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Ikuti Kami